RS Unair Ibaratkan Wabah Corona Seperti Gunung Es

RS Unair Ibaratkan Wabah Corona Seperti Gunung Es

Esti Widiyana - detikNews
Kamis, 30 Apr 2020 20:48 WIB
rs unair
RS Unair/Foto file: Esti Widiyana
Surabaya -

Jubir Tim Satgas Corona RS Unair Surabaya dr Alfian Nur Rasyid SpP mengibaratkan wabah Corona seperti gunung es. Menurutnya, pasien Corona yang saat ini dirawat di rumah sakit hanyalah data di permukaan.

Namun sebetulnya, masih banyak carrier dan orang tanpa gejala (OTG) yang masih tersebar di luar sana. "Dikhawatirkan data yang di bawah, carrier atau OTG ini akan semakin banyak nantinya. Kalau swab-nya tidak terbatas, yang di bawah akan terdeteksi. Jadi dia akan muncul ke permukaan sebagai orang terdeteksi sebagai positif," kata Alfian saat dihubungi detikcom, Kamis (30/4/2020).


Saat ini RS Unair mengalami keterbatasan reagen untuk tes swab. Akibatnya, tes swab dibatasi hanya untuk pasien rawat inap dan pasien dengan gejala berat saja.

"Kalau keterbatasan swab seperti saat ini, di bawah permukaan air mungkin banyak yang tidak terdeteksi. Dengan adanya pemeriksaan swab itu, gunung es yang di atas permukaan akan lebih terlihat," jelasnya.

Alfian melanjutkan, kini fenomena gunung es bisa bertambah bukan karena tidak ada swab. Tetapi karena PSBB tidak dipatuhi masyarakat. Akibatnya penularan ke masyarakat terjadi terus dan tidak terdeteksi.


"Kalau swab-nya tidak terbatas, yang di bawah akan terdeteksi. Jadi dia akan muncul ke permukaan sebagai orang terdeteksi sebagai positif," lanjutnya.

Untuk itu ia menghimbau masyarakat mematuhi aturan PSSB atau di rumah saja bila tidak ada keperluan mendesak. Agar mata rantai penularan Corona bisa diputus.

"Apalagi banyak OTG atau carrier saat ini. Jadi harus waspada. Masyarakat masih saja belum mematuhi imbauan pemerintah untuk tetap di rumah," tuturnya.


Sehingga, lanjut dia, masih banyak orang-orang di jalan yang tidak tahu apakah mereka membawa virus. Termasuk OTG yang keluar tanpa menggunakan masker atau tidak menjaga jarak. Bahkan masih ada yang salat dan tarawih di masjid meski tidak dianjurkan.

"Kadang beberapa orang menunggu sampai mereka melihat ada orang yang jatuh sakit baru mereka percaya. Ada yang salat di Masjid Kemayoran Surabaya itu ada orang jatuh langsung dibubarkan tidak ada salat. Itu kan termasuk mereka harus melihat di depan mata lalu percaya bahwa ini berbahaya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.