Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) mengungkapkan bahwa keberadaan kebun binatang (KB) tengah mati suri sejak pandemi Corona atau COVID-19 merebak. 60 KB yang tergabung dalam PKBSI sudah tutup sejak pertengahan Maret 2020. Hal ini menjadi dilema, karena berbuntut pada menipisnya pakan untuk menjaga kelangsungan hidup satwa di dalamnya.
Ketua Umum PKBSI Rahmat Shah dalam keterangannya mengatakan, 92 persen KB yang tergabung dalam PKBSI memiliki kemampuan bertahan untuk pemberian pakan selama satu bulan. Sedangkan KB yang mampu bertahan dalam menyediakan pakan selama jangka waktu 1-3 bulan sebanyak 5,2 persen, dan KB yang bisa memberi pakan lebih dari tiga bulan hanya berkisar 2,63 persen.
"Salah satu prioritas mendesak bagi kelangsungan hidup KB, khususnya kesehatan dan kesejahteraan satwa koleksinya adalah penguatan ketahanan pakan," kata Rahmat dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (24/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam keadaan seperti ini, menurut Rahmat, hampir seluruh manajemen KB melakukan penyesuaian terhadap pengaturan pakan satwa. Mulai dari substitusi, pengurangan porsi hingga pendekatan manajemen pakan lainnya. Tentu tetap berdasarkan pada etika hewan maupun kesehatan dan kesejahteraan satwa.
Namun, ia menegaskan, kemampuan memberikan pakan tidak selalu terkait dengan finansial. Sebab, ada jenis satwa tertentu yang membutuhkan pakan khusus yang hanya bisa diperoleh dari pemasok khusus dan perlakuan tertentu.
"Artinya walau secara finansial tersedia, namun kalau pasokan pakannya justru tidak tersedia karena dampak kebijakan COVID-19, menjelma menjadi ancaman," katanya.
Simak juga video Bumi Rehat Sejenak Selama Pandemi Corona:
Rahmat tak menampik kalau faktor finansial menjadi faktor penting bagi kelangsungan ketersediaan suplai pakan. Sebab, dari seluruh biaya operasional KB, biaya pakan menduduki peringkat kedua setelah biaya tenaga kerja.
"Komponen yang juga penting di urutan ketiga besaran biayanya adalah obat-obatan," kata Rahmat.
Saat ini, ujar Rahmat, ada sebanyak 4.912 jenis satwa endemik maupun satwa dari berbagai belahan dunia lain yang menjadi koleksi seluruh KB anggota PKBSI. Beberapa di antaranya ialah flagship species atau yang menjadi ikon Indonesia.
"Seperti anoa, harimau Sumatra, tapir, orangutan Sumatra dan jenis lainnya. Jumlah populasi total satwa di seluruh KB sebanyak kurang lebih 70 ribu ekor. Secara legalitas, seluruh satwa dimaksud adalah aset negara yang bukan hanya wajib dilestarikan. Namun juga dijaga kesejahteraannya," tuturnya.
Sejauh ini, menurut Rahmat, keberadaan KB telah menyerap tenaga kerja sebanyak 22.000 orang. Selain membantu pertumbuhan wilayah melalui multiplier effect kegiatan hotel, restoran, transportasi, suplai pakan dan sebagainya.
Ironisnya, hari ini semua KB dalam kondisi mati suri. KB anggota PKBSI di seluruh Indonesia sudah tutup sejak pertengahan bulan Maret.
"Catatan saja, ada 50 juta pengunjung kebun binatang dalam setahun. Artinya, ada manfaat ekonomi di bidang transportasi, hotel, restoran, suvenir yang bisa hidup," kata Rahmat.