Sambut Ramadhan, Sultan Cirebon Tabuh Bedug di Tengah Pandemi Corona

Sambut Ramadhan, Sultan Cirebon Tabuh Bedug di Tengah Pandemi Corona

Sudirman Wamad - detikNews
Kamis, 23 Apr 2020 21:03 WIB
Melihat Sultan Cirebon tetap melaksanakan tradisi dlugdag di tengah pandemi Corona
Melihat Sultan Cirebon tetap melaksanakan tradisi dlugdag di tengah pandemi Corona (Foto: Sudirman Wamad)
Cirebon -

Kesultanan Kasepuhan Cirebon, tetap melaksanakan tradisi dlugdag di tengah pandemi Corona. Dlugdag merupakan tradisi menabuh beduk yang dilakukan Kesultanan Kasepuhan dalam menyambut bulan Ramadhan.

Pelaksanaan dlugdag tahun ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Rombongan keluarga kesultanan mengenakan masker saat melaksanakan tradisi dlugdag, termasuk Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat. Keluarga kesultanan juga tak menggelar salat asar berjemaah, sesuai imbauan pemerintah.

"Tahun ini tidak ada salat asar berjemaah. Sebelumnya, dlugdag selalu dilakukan setelah keluarga melaksanakan salat asar berjemaah. Kita tetap melaksanakan tradisi dlugdag karena tidak mengumpulkan massa, hanya keluarga," kata Arief kepada awak media usai tradisi dlugdag di Kesultanan Kasepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief mengatakan tradisi dlugdag sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Bedug yang ditabuh adalah beduk tua peninggalan zaman Wali Songo. Namanya beduk samogiri.

Pelaksanaan tradisi dlugdag itu dilakukan di halaman Langgar Agung Keraton Kasepuhan. Arief menjadi orang pertama yang menabuh beduk, atau membuka tradisi dlugdag. Setelah Arief, keluarga dan abdi dalem juga ikut menabuh beduk.

ADVERTISEMENT

Arief menjelaskan irama atau ketukan menabuh beduk dalam tradisi dlugdag berbeda dengan menabuh beduk pada umumnya. Iramanya berubah-ubah, dari irama yang lambat kemudian berubah menjadi lebih cepat.

"Ini sudah dilakukan sejak 500 tahun lalu. Beduk ini selain penanda waktu salat, sebagai penanda masuknya Ramadhan. Tradisi Dlugdag ini penanda kalau nanti malam kita melaksanakan salat tarawih," kata Arief.

Arief mengatakan irama ketukan beduk dalam tradisi Dlugdag berbeda dengan ketukan beduk penanda salat. "Kalau Dlugdag ini dari lambat kemudian pelan-pelan berubah jadi cepat. Maknanya, segala sesuatunya yang ini kita lakukan itu harus perlahan-lahan, jangan terburu-buru," kata Arief.

Sementara itu, Arief juga menerangkan tentang beduk samogiri. Beduk samogiri terbuat dari kulit kerbau dan kayu jati.

"Sudah kita rehab beberapa kali. Beduk ini sudah ada sejak ratusan tahun. Dulu kan tidak ada jam dan lainnya, makanya menggunakan beduk," ucapnya.

Arief menambahkan akibat pandemi Corona, tak sedikit tradisi yang biasa dilakukan di lingkungan Kesultanan Kasepuhan saat ramadhan ditiadakan. Seperti buka puasa bersama wargi keraton dan anak yatim, kemudian open house juga ditiadakan. Sebab, tradisi tersebut bisa mengundang kerumunan.

Kendati demikian, masih ada sejumlah tradisi yang tetap diadakan saat Ramadhan, seperti tadarusan, maleman atau menyiapkan lilin dan saji saat menyambut malam lailatulkadar.

"Kita tetap menaati anjuran MUI dan pemerintah. Semoga wabah ini segera berakhir," kata Arief.

(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads