Lebih satu bulan lamanya tim medis sebagai garda terdepan di saat pandemi Corona. Banyaknya pasien yang terinfeksi COVID-19, tak jarang tenaga kesehatan itu memiliki perasaan was-was. Apalagi waktunya lebih banyak dihabiskan di rumah sakit hingga membuat mereka lelah, gelisah hingga stress.
Salah satu perawat COVID-19 di RS Unair Surabaya Nissa Aruming Sila, saat tahu menjadi perawat pasien Corona sempat merasa cemas. Tapi kecemasan itu terlewatkan dengan niatnya sebagai perawat yang harus menolong pasien.
"Awal-awal merawat pasti butuh penguatan dari diri sendiri, namanya dikasih tahu kalau akan merawat pasien COVID-19 pasti awalnya juga gelisah dan cemas. Tapi semua itu kembali lagi ke niat awal tujuannya untuk apa, kerja untuk ibadah dan menolong sesama," cerita Nissa kepada detikcom, Senin (20/4/2020).
Tak hanya itu, dirinya juga bisa menguatkan diri sendiri atas support dan izin dari orang tua, keluarga dan pasangan. Tim seprofesi dan para dokter juga turut memberi semangat, sehingga menambah energi kekuatan.
"Kalau semangatnya sendiri ini kita sedang ada di perang yang kalau kita menang, pahalanya luar biasa. Rumah sakit APD-nya juga sangat proposional, jadi kami didukung, rasa khawatir didukung, kalau pun ada celah tentulah berarti sudah takdir," jelasnya.
Sementara untuk menghibur diri setelah merawat pasien Corona, Nissa dan teman-temannya bisa saling curhat, bertukar cerita. Jiika ada masalah pun, jelas dia, diselesaikan bersama. Saling mengingatkan istirahat yang cukup, memberi semangat dan mengingat tujuan merawat pasien.
Berat Banget! Ini Cerita Perawat Menangani Pasien Covid-19:
Selama satu bulan lebih merawat pasien Corona, ada duka yang dirasakan. Seperti di balik baju hazmat terdapat banyak energi yang dikeluarkan lebih untuk pasien. Apalagi rasa khawatir akan risiko tertular virus Corona dari pasien yang sedang dirawat. Hingga mendapat stigma negatif dari lingkungan luar rumah sakit.
"Belum lagi saat pulang ke rumah atau ke masyarakat dan teman-teman juga. Kami juga mengalami stigma negatif atau kita was-was dengan keluarga juga kalau terlalu berinteraksi (Takut tertular)," katanya.
Nissa berharap masyarakat untuk tidak menstigma negatif tenaga kesehatan yang merawat pasien Corona. Sebab, mereka sudah berjuang di garda terdepan dan rela merawat pasien hingga 24 jam.
"Jika melihat tenaga kesehatan perawat atau rekan-rekan yang berusaha menolong, tolong lingkungannya jangan menstigma yang buruk," tandasnya.
Sementara ada cerita perawat terpaksa pindah-pindah kos lantaran mendapat stigma negatif dari warga sekitar. "Ada juga teman kami sesama perawat terpaksa pindah-pindah kos karena stigma warga sekitar. Makanya saya mohon hilangkan stigma negatif terhadap kami," harapnya.