Jakarta -
Kasus penyerangan terhadap penyidik senior Novel Baswedan telah memasuki persidangan sejak 3 tahun lalu peristiwa itu dialami Novel. Novel Baswedan mengatakan akan mengikuti persidangan dua terdakwa kasus tersebut, yang akan digelar pada 30 April nanti.
Hal itu disampaikan Novel dalam live video bersama Ketua Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid. Novel mengaku pada persidangan sebelumnya pihak jaksa memintanya hadir sebagai saksi di persidangan. Namun dia berhalangan hadir karena harus berobat ke Singapura terkait kondisi matanya.
"Memang tanggal 2 April kemarin, minggu lalu, dari pengadilan dari jaksa yang menyidangkan kasus dua terdakwa mengundang saya ke sidang. Tapi, karena ada masalah wabah Corona dan ada sedikit masalah kesehatan, waktu itu saya minta ditunda, dan jadwal kembali 30 April. Saya kira ini nanti banyak waktu yang saya dan banyak orang akan mengikuti sidangnya nanti," ujar Novel dalam konferensi pers yang disiarkan di akun Instagram Amnesty Internasional Indonesia, Sabtu (11/4/2020).
Sejak Januari 2020, Novel mengaku kondisi kesehatannya sedikit terganggu sehingga harus bolak-balik ke Singapura. Novel juga mengaku tidak banyak mengikuti perkembangan kasus yang sedang ditangani KPK saat ini.
"Sekarang ini saya tidak terlalu banyak mengikuti kegiatan-kegiatan di KPK karena sejak Januari ada beberapa masalah kesehatan yang harus bolak-balik ke Singapura," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novel Baswedan Kembali Bercerita soal Kasus Penyiraman Air Keras:
Dalam
live tersebut, Novel juga menjawab tentang isu Taliban dan radikal yang sempat dituduhkan kepadanya. Ia membantah hal itu. Novel menilai tuduhan itu adalah upaya perlawanan koruptor kepadanya. Pihak keluarga pun hanya tersenyum mendengar tudingan tersebut.
"Saya memang mendengar hal itu, bukan cuma Taliban, radikal juga. Kalau kita melihat hal itu, saya meyakini itu adalah upaya kelompok koruptor untuk melemahkan orang yang sedang berjuang sungguh-sungguh. Motif dan modus ini sering diperhatikan. Mereka mengharapkan orang-orang yang sedang berjuang itu dipisahkan dengan masyarakat, maka isu-isu itu yang disampaikan. Isu itu jauh dari fakta. Di KPK heterogen dari segala agama dan suku ada, kita bergabung di atas kebenaran," ujarnya.
Diketahui, sidang kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan akan dilanjutkan pada 30 April 2020 dengan agenda pemeriksaan saksi. Majelis hakim meminta jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan Novel ke persidangan.
Dua terdakwa Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis didakwa telah melakukan penganiayaan berat terhadap Novel dengan cara menyiramkan air keras. Mereka didakwa melanggar Pasal 351 atau Pasal 353 atau Pasal 355 ayat (1) KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Cairan air keras itu didapat Rahmat dari pul angkutan mobil Gegana Polri. Menurut jaksa, Rahmat mengambil cairan tersebut setelah melaksanakan apel pagi di Satuan Gegana Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
"Terdakwa Rahmat Kadir Mahulette pergi ke pool (red: pul) angkutan mobil Gegana Polri mencari cairan asam sulfat (H2SO4), dan saat itu terdakwa mendapatkan cairan asam sulfat (H2SO4) yang tersimpan dalam botol plastik dengan tutup botol berwarna merah berada di bawah salah satu mobil yang terparkir di tempat tersebut," ujar jaksa saat membacakan surat dakwaan dalam persidangan di PN Jakut, Kamis (19/3).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini