Sejumlah tenant (penyewa) toko di Bandara Internasional Juanda banyak yang merugi dan tutup. Sebab, kian hari penumpang semakin sepi imbas COVID-19 yang mewabah.
Salah satu penjaga tenant Ani Rihana (40) mengatakan dampak sepinya bandara sudah dirasakan sejak sebulan setelah masuknya Corona di Indonesia. Apalagi ditambah dengan kebijakan pemerintah yang mengimbau untuk tidak keluar.
"Kurang lebih sejak Corona mencuat apalagi di Surabaya kan sudah zona merah. Sejak itu kan pemerintah sudah melakukan beberapa hal proteksi seperti social distancing dan semuanya. Nah itu orang-orang sudah mulai takut keluar rumah," kata Ani kepada detikcom di Terminal 2 Bandara Juanda, Rabu (8/4/2020).
"Apalagi bepergian pun sudah dibatasi kan sekarang sudah juga sudah ada pembatasan wilayah," tambanya.
Ani menuturkan, jika dalam kondisi normal, setiap kedatangan penumpang selalu penuh 100 persen. Namun kini penumpang hanya mencapai sekitar 25 persen saja.
"Penumpang terasa sangat ada penurunan. Kalau dulu 100 persen penumpang selalu penuh. Ini kalau ada kedatangan pesawat cuma sekitar 25 persen saja. Atau seperempatnya saja. Kadang malah ndak sampai seperempatnya," tutur Ani.
Akibat penurunan itu, lanjut Ani, omzet toko juga ikut turun hingga 50 persen dan terus merugi. Jikapun ada yang masih buka, karena mereka mempunyai modal besar.
Ragam Cara Bandara Sultan Hasanuddin Tangkal Corona:
"Penurunan ke omzet sampai 50 persen. Teman-teman ini sekarang yang tenant-tenant sudah banyak yang tutup. Karena terus merugi," keluh Ani.
"Mayoritas penjual makanan siap saji yang expired hari itu merugi dan tutup. Yang masih buka ya yang punya modal besar," imbuhnya.
Menurut Ani, meskipun ada Corona, sebenarnya para karyawan masih ingin terus kerja. Namun apa daya, karena kondisi yang sepi dan terus merugi, sebagian karyawan bahkan sudah dirumahkan tanpa pesangon.
"Kita kalau Corona itu sebenarnya nggak seberapa khawatir. Yang penting bisa menjaga diri. Kalau teman-teman yang lain ini kan inginnya kan kerja terus dapat uang," ujarnya.
![]() |
"Apalagi ini sebentar lagi puasa, lebaran. THR juga nggak keluar karena banyak yang dirumahkan. Kalau yang sebelah-sebelah ini semua karyawannya dirumahkan sampai batas waktu yang belum ditentukan, juga tidak dapat pesangon," tambah Ani.
Tak hanya toko, Ani menyebut akibat adanya COVID-19 ini juga berdampak pada taxi yang biasa mangkal di bandara. Bahkan dalam sehari para sopir juga sering tidak mendapat penumpang.
"Nggak hanya penjual. Biro-biro jasa seperti taxi ini juga sepi banget. Bahkan sehari itu sampai nggak dapat penumpang sama sekali. Seminggu bahkan nggak dapat penumpang juga ada," tandasnya.