Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menolak membuat karantina bagi pemudik karena dinilai berisiko. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menekankan pentingnya tempat isolasi bagi pemudik yang baru datang ke kampung halamannya.
"Tidak boleh enggan, itu wajib hukumnya. Model isolasinya tidak seragam, itu kita akui," kata Ganjar di kantor Pemprov Jateng, Senin (6/4/2020).
Ganjar menyebut jika tak ada tempat khusus di desa, maka karantina itu bisa dilakukan dengan di rumah. Dengan catatan diawasi bidan atau dokter setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin lihat di Batang bagus banget, kasih tempat khusus dikelola dengan baik, ada juga di Kendal isolasi di rumah, boleh itu. Silakan di sana tapi pakai masker, dicek bidan desa atau dokter Puskesmas, RT-RW ikut cek, pergerakan dibatasi," ujar Ganjar.
Ganjar lalu menceritakan pengalamannya bertemu TKI yang pulang ke di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, Ganjar. TKI bernama Sakur (35) dan Anas Muhidin (24) itu mengisolasi diri di rumah dan terpisah dengan anak istrinya selama masa karantina.
"Yang di Kendal kemarin dia itu tidak bisa ketemu keluarganya, makanya kesadaran ini yang mesti dibangun. Jadi tidak boleh tidak, jadi mau model isolasi seperti apa, idealnya memang setiap desa boleh sediakan, jika tidak memungkinkan, isolasi di rumah," tegasnya.
Mudik Tak Dilarang, Ganjar Siapkan Ruang Isolasi Pemudik:
Diberitakan sebelumnya, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menolak membuat tempat karantina khusus bagi para perantau yang mudik karena dinilai beresiko. Yuni yang berprofesi sebagai dokter ini berpendapat karantina tidak bisa dilakukan dengan hanya mengumpulkan para pemudik di lokasi tertentu karena justru menaikkan potensi penyebaran virus Corona.
"Ilustrasinya seperti ini, misal tanggal 4 April datang 60 pemudik, kita karantina di gedung SMS (Sasana Manggala Sukowati). Tanggal 5 April datang 30 pemudik, kita karantina di gedung Kartini. Tanggal 7 April datang lagi 100 orang masuk karantina di mana lagi? Tidak mungkin kita jadikan satu dengan yang datang tanggal 4 April," terang Yuni, Minggu (5/4) kemarin.
Yuni mengaku berpikir ekstra keras untuk mencari solusi menghadapi gelombang pemudik, terutama hingga saat ini Presiden Joko Widodo belum mengeluarkan aturan tegas untuk melarang orang mudik. Menurut Yuni, dibandingkan opsi untuk menyiapkan tempat karantina khusus bagi pemudik, pihaknya memilih menyiagakan Satgas COVID-19 di desa, untuk memastikan para pemudik melakukan karantina mandiri.
"Karena aku dokter aku tahu yang harus dilakukan. Karantina mandiri dengan diawasi satgas COVID desa akan lebih efektif, sepanjang kami bisa membuat semua desa siaga, konsisten dan komitmen. Semoga semua bisa memahami ini dan bisa mengambil kebijakan yang tepat," harap Yuni.