Imbas Corona, Hotel yang Tutup di Jatim Bertambah: Okupansi Turun Hingga 5%

Imbas Corona, Hotel yang Tutup di Jatim Bertambah: Okupansi Turun Hingga 5%

Esti Widiyana - detikNews
Senin, 06 Apr 2020 10:29 WIB
Hotel Grand Mercure Surabaya City
Kamar sebuah hitel di Surabaya (Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom)
Surabaya - Per 1 April lalu, penutupan beberapa hotel daerah di Jatim bertambah. Penutupan hotel ini berdasarkan keputusan perusahaan maupun dari pemerintah daerah setempat.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono mengatakan terdapat penambahan penutupan hotel di sejumlah daerah. Seperti Malang, Batu, hingga Surabaya.

"Datanya sudah berubah, Malang itu sudah masuk tiga (awalnya) sekarang tambah sekitar 10. Batu itu hampir semua ditutup sama pemkab. Per 1 April di Batu ada instruksi semua harus tutup hotel. Surabaya juga tambah sekitar tujuh yang tutup," kata Dwi saat dihubungi detikcom, Senin (5/4/2020).

Dwi menjelaskan penutupan hotel di Jatim rata-rata dari pihak hotel sendiri. Sebab, okupansinya yang memang terlalu rendah.

"Memang kami menghargai physical distancing, orang nggak boleh bepergian, harus di rumah. Memang menyebabkan okupansi tingkat hunian itu di bawah 10%, sekarang malah lima persenan," jelasnya.

Rata-rata, kata Dwi, okupansi hotel di jatim sudah kurang dari 10% bahkan ada yang turun hingga 5%. Dibuka karena masih ada yang berdekatan dengan rumah sakit.

"Tapi rata-rata keseluruhan di bawah 10%. Itu wajar sih dengan physical distancing, karena orang tidak diperbolehkan untuk keluar. Jadi kami menyadari itu dan kita support keputusan pemprov maupun pemda," urainya.

Menurut Dwi, memang lebih baik ditutup sementara. Penutupannya pun, dia mengatakan hingga akhir April ini, namun tetap melihat perkembangannya.

Sebab, pihak hotel juga harus mengingat posisi karyawan dan semacamnya. Terlebih menjelang Ramadhan, pihak hotel tentunya memikirkan THR dan lainnya.

"Kalau sudah agak mereda ada yang dibuka dengan minimum cost, cuman ada beberapa kamar aja yang dibuka. Fasilitas-fasilitas yang beban berat di hotel itu kan karyawan dan energi (listrik) itu kalau bisa diminimum cost akan tetep," ujarnya.

Akhir bulan ini, kata Dwi, akan coba dibuka dengan minimum cost, ada juga yang shift. Bahkan hampir semua hotel sudah menerapkan shift satu hari masuk satu hari libur.

"Itu yang belum tutup buka minimum cost semua. Jadi yang belum cuti diminta ambil cuti, karyawan betul-betul dikurangi hampir separuh," ungkapnya.

Sementara ini, Dwi menegaskan jika belum ada PHK dan tak berharap ada PHK. Tapi pihak hotel merumahkan pegawai atas kesepakatan perusahaan dan karyawan untuk menyelamatkan perusahaan.

Karena sama sekali tidak ada bisnis, maka okupansi sehari kurang dari 10 kamar sudah dirasa sangat rendah. Padahal, break even point (BEP) 50%, tapi okupansi 10% sudah dirasa berat.

"Makanya dengan sukarela kami minta yang belum ambil cuti diambil cutinya, terus yang shift bisa digilir semuanya bisa tetap masuk. Yang dirumahkan juga kita pikirkam untuk fasilitasnya. Mungkin ada yang digaji separuh. Ini berdasarkan kesepakatan semua perusahaan dengan karyawan," pungkas Dwi. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.