Soal PDP Corona Meninggal di Kota Mojokerto, Ini Klarifikasi Keluarga

Soal PDP Corona Meninggal di Kota Mojokerto, Ini Klarifikasi Keluarga

Enggran Eko Budianto - detikNews
Kamis, 02 Apr 2020 20:57 WIB
Klarifikasi keluarga PDP Mojokerto
Klarifikasi keluarga PDP yang meninggal di Kota Mojokerto (Foto: Tangkapan layar)
Mojokerto -

Keluarga Pasien Dalam Pengawasan (PDP) corona asal Jakarta yang meninggal di Kota Mojokerto membantah tudingan tidak kooperatif yang dilayangkan Jubir Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Christiana Indah Wahyu. Kelurga pasien juga menampik jika disebut tidak jujur terkait riwayat perjalanan dari Jakarta.

Klarifikasi terhadap pernyataan Indah disampaikan Stevanus Gunawan Agustinus (36), menantu PDP asal Jakarta yang meninggal di RS Gatoel, Kota Mojokerto, Senin (30/3) tengah malam. PDP yang meninggal yakni seorang pria berusia 57 tahun.

"Pertama, bagaimana mungkin papi kami bisa melawan untuk dilakukan swab, papi kami itu belum diswab. Memang papi kami tidak kooperatif pada saat dipasang masker oksigen oleh perawat rumah sakit saat papi kami baru dirawat. Belum pernah diswab. Kami tidak melawan. Bagaimana kami bisa melawan? Kami sendiri ketakutan, kami ingin papi kami segera sembuh," kata Gunawan melalui video yang dikirim kerabatnya ke detikcom, Kamis (2/4/2020).

Ia juga menampik tudingan Indah yang menyebut ayah mertuanya tidak jujur terkait riwayat perjalanan dari Jakarta. PDP terkait corona itu datang dari Jakarta untuk mengunjungi anak dan cucunya yang tinggal di Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.

"Kedua, kenapa papi kami dikatakan berbohong pada waktu datang pertama kali tidak mengaku dari Jakarta? Dari mana papi kami bisa berbohong? Dari awal masuk rumah sakit, saya pakai kartu asuransi milik papi saya. Saya memakai KTP papi saya. Itu Jakarta tulisannya jelas. Bahkan saat ditanya papi saya bilang Jakarta Utara, saya masih ingat," terangnya.

Oleh sebab itu, Gunawan berharap media maupun Pemkot Mojokerto memulihkan nama baik keluarganya. Pasalnya, pernyataan Indah membuat keluarganya dikucilkan masyarakat.

"Itu membuat kami sangat dikucilkan dan kami baru tahu itu penyebabnya. Kepada Media, Pemkot Mojokerto, kami mohon dibantu memulihkan nama baik keluarga kami. Coba bayangkan kalau hal yang sama menimpa bapak/ibu. Kami bagaikan sudah jatuh ketimpa tangga. Sekarang kami dikucilkan masyarakat. Banyak masyarakat yang mengatakan kami tidak peduli dengan masyarakat yang lain, egois dan lain sebagainya," tandasnya.

Terkait persoalan ini, Indah belum bisa dikonfirmasi detikcom. Perempuan yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kota Mojokerto itu belum merespons saat dihubungi melalui telepon maupun pesan WhatsApp.

Detikcom akhirnya melakukan konfirmasi ke Kabag Humas Pemkot Mojokerto Hatta Amrulloh. Menurut dia, rilis yang disampaikan Indah berdasarkan keterangan dari RS Gatoel.

"Setiap tindakan medis, SOP-nya ada persetujuan pasien atau keluarganya. Ada beberapa tindakan medis yang ditolak, itu keterangan dari petugas medis rumah sakit. (Soal pasien tidak jujur dari Jakarta) Keterangan dari Bu Indah seperti itu," tegasnya.

Sebelumnya Jubir Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Christiana Indah Wahyu merilis, PDP yang meninggal datang dari Jakarta untuk mengunjungi anak dan cucunya di Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, Sabtu (21/3). Sejak datang, pasien menderita batuk, mual, muntah, sakit kepala dengan suhu tubuh 37,8 derajat celsius.

"Pada tanggal 23 Maret, pasien ini mengalami sakit lagi dengan keluhan mual dan keringat dingin. Saat itu pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dan rontgen dengan hasil trombosit turun, leukosit turun. Sedangkan dari hasil rontgen tidak ada gambaran infiltrat. Kemudian pasien dirujuk ke rumah sakit swasta dengan diagnosa demam berdarah," kata Indah dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (31/3).

Indah menjelaskan pasien lantas dirawat di RS Gatoel sejak Senin (23/3). Saat diwawancara petugas medis, pasien tidak mengaku warga Jakarta yang sedang berkunjung ke rumah keluarganya di Kota Mojokerto. Selama dirawat di rumah sakit barulah diketahui terdapat infiltrat pada paru-paru pasien yang menjadi salah satu indikasi corona.

"Setelah diwawancara ulang, pasien baru jujur mengatakan riwayat tinggal di Jakarta sebelum datang ke Mojokerto. Akhirnya tanggal 27 Maret pasien dipindahkan ke ruang isolasi. Setelah itu pada 28 Maret, karena paru semakin memburuk kami berupaya mencari rumah sakit rujukan di Surabaya, Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, tapi semuanya penuh," terang Indah.

Sejak saat itu pria 57 tahun itu masuk data PDP corona di Kota Mojokerto. Pihak rumah sakit Gatoel, lanjut Indah, sudah berupaya mengambil swab pasien untuk memastikan positif atau negatif corona pada Sabtu (28/3). Namun, PDP nomor 5 itu menolak diambil swab.

"Saat kami lakukan pemeriksaan sesuai standar PDP, pasien tidak kooperatif dan menolak," ungkapnya.

Keesokan harinya, Minggu (29/3), kata Indah, PDP corona itu mengalami penurunan kondisi dengan saturasi oksigen menurun. Pasien akhirnya meninggal di RS Gatoel pada Senin (30/3) tengah malam. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman China Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

"Hari ini dimakamkan di Trowulan. Tentunya, pemulangan jenazah sesuai dengan ketentuan pemakaman seperti pasien positif COVID-19," tegasnya.

Karena tidak sempat melakukan tes swab, kini Indah mengaku kesulitan memastikan PDP tersebut positif corona atau tidak. Dia menyebut pasien meninggal karena memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) dan jantung koroner.

"Pasien tersebut tidak terkonfirmasi corona. Melainkan ia meninggal karena memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner. Karena pasien tidak kooperatif, kami mengalami kesulitan untuk pemeriksaan swabnya," tandas Indah.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.