Anggota DPRD Banten Fitron Nur Ikhsan melakukan sidak ke tempat karantina paramedis RSUD Banten di gedung Pendopo lama. Miris, paramedis RSUD Banten yang menangani pasien COVID-19 itu berada dalam satu kamar dengan kapasitas 25 orang. Mereka tidur beralaskan kasur yang dijejerkan di lantai.
Fitron mengatakan sidak dilakukan pada Kamis (2/4/2020) dini hari tadi. Ada sekitar 90 orang yang tinggal di gedung di Jalan Brigjen KH Sam'un itu.
"Ada bangsal isi 25 orang berjejer, nggak standar protokol dalam ruang. Nggak semua yang terpapar mengeluarkan gejala. Kalau seandainya mereka pakai APD di RS, lalu ada yang terpapar, dia nggak tahu terpapar atau tidak karena nggak ada gejala, pulang ke karantina tempat berkerumun, berbaris bangsal begitu. Kalau ketularan satu, ketularan semua," kata Fitron saat dihubungi melalui ponsel di Serang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyampaikan fasilitas di gedung itu memang bagus. Paramedis juga nyaman dengan diberikannya makan dan vitamin yang cukup. Tapi ia menilai mereka harusnya tinggal secara terpisah.
"Di karantina mereka berkerumun. Kalau satu terpapar, memang tidak menulari yang di rumah, tapi seluruh tenaga medis-paramedis kita langsung kena semua," papar anggota Komisi V DPRD Banten ini.
Fitron menilai Pemprov Banten belum optimal dalam pelaksanaan melawan wabah Corona di Banten dengan anggaran ratusan miliar rupiah. Padahal paramedis dan tenaga medis sebagai garda terdepan untuk penanggulangan virus harusnya tinggal di lokasi yang lebih layak, misakan di hotel.
"Kita harus menjamin keamanan para tenaga medis dan paramedis rujukan COVID-19," katanya.
Rencananya, atas temuan di lapangan, pada hari Senin (6/4) Komisi V akan memanggil Dinas Kesehatan mengenai hal ini.
Melihat Bagaimana Cara Virus Corona Menyerang Tubuh:
(bri/ern)