Bupati Faida Cerita soal Akurasi Rapid Test di Jember

Bupati Faida Cerita soal Akurasi Rapid Test di Jember

Yakub Mulyono - detikNews
Rabu, 01 Apr 2020 20:24 WIB
Jember jadi salah satu kabupaten di Jatim yang masuk zona merah virus corona. Bupati Jember dr Faida mengaku berusaha menaati aturan yang sudah ditetapkan.
Bupati Jember dr Faida (kiri)/Foto: Yakub Mulyono
Jember -

Jember jadi salah satu kabupaten di Jatim yang masuk zona merah virus corona. Bupati Jember dr Faida mengaku berusaha menaati aturan yang sudah ditetapkan sebagai upaya pencegahan.

"Seperti halnya jaga jarak, pakai masker, cuci tangan setiap keluar masuk mobil, atau datang (ke lokasi tujuan) di (semprot) disinfektan, dan terakhir menyerahkan pasrah kepada Allah SWT. Usaha tidur cepat (istirahat cukup) itu saja yang dilakukan," kata Faida saat konferensi pers di Pendapa Wahyawibawagraha, Jember, Rabu (1/4/2020).

Saat ditanya apakah perlu melakukan tes kesehatan, Faida tidak menjawab dengan tegas. Dia hanya menyampaikan, sesama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan.

"Minum vitamin, saling mengingatkan (untuk jaga stamina) itu yang kita lakukan (antar) Forkopimda, termasuk Pak Wabup," ujarnya.


Sebagai pemimpin, Faida mengakui harus sering hadir di tengah masyarakat. Sehingga juga memiliki risiko terjangkit virus corona.

"Jadi pemimpin (kepala daerah) ada resikonya. Saya, Pak Dandim, Pak Kapolres, mau tidak mau harus berada di tengah masyarakat," ungkapnya.

Namun, sambung Faida, sejauh ini dia merasa baik-baik saja. Apalagi selama ini lebih banyak berada di wilayah sendiri.

"Tapi kita (Forkopimda) kan tidak keluar masuk dari Kabupaten Jember. Jadi karena berada di wilayah sendiri, ya aman-aman saja," tandasnya.


"Sejauh ini kondisi kita (bupati, wabup, dan jajaran Forkopimda) cukup baik, dan saya optimis, pengetatan aturan dilakukan dan masyarakat mendukung, semakin cepat mengakhiri situasi ini," tambah Faida.

Kabupaten Jember, tambah Faida, telah mendapat bantuan sekitar 300 alat rapid test dari pemerintah pusat. Alat tersebut digunakan untuk melakukan tes pada pasien terkait virus corona.

"Kita dapat jatah rapid test (dari pemerintah pusat). Tapi (alat itu) hanya sebagai tes awal. Adapun hasilnya, hanya sebagai tes cepat dan awal," kata Faida.

Sehingga hasilnya pun bisa kurang tepat. Bisa positif, bisa juga negatif. "Bisa positif palsu atau negatif palsu. Bahkan ada yang beberapa kali tes negatif, kemudian tes terakhir positif," katanya.


Menurutnya jika dilakukan tes dengan gejala yang ditunjukkan baru 2 atau 3 hari, hasilnya lebih cenderung ke negatif. Karena keberadaan virus belum bisa terdeteksi.

"Lebih banyak hasil negatifnya, daripada positif," ungkap Faida.

Mengenai pendistribusian rapid test, merujuk pada SK dari Gubernur Jatim. Sasaran penggunaannya juga lebih ditujukan kepada yang lebih membutuhkan.

"Penggunaan alatnya lebih diprioritaskan kepada (pasien) yang lebih membutuhkan hasil tes tersebut," pungkas Faida.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.