Wakil Wali Kota (Wawalkot) Bogor Dedie A Rachim menyebut rapid test untuk virus Corona terbaru (COVID-19) akan membuka peta sebaran virus itu lebih jelas. Saat ini Bogor disebut Dedie juga bersiap membatasi mobilitas orang keluar-masuk Bogor.
"Jadi intinya sih bahwa dengan melakukan rapid test kit ini kita harapkan pemetaan klaster ini bisa lebih lagi," kata Dedie dalam video yang ditayangkan kanal YouTube Pemkot Bogor, Selasa (31/3/2020).
Dedie lantas menceritakan tentang Kabid Dinas Kesehatan Kota Bogor yang meninggal dunia setelah diketahui positif COVID-19. Menurut Dedie, awalnya banyak yang mengira pejabat Pemkot Bogor itu tertular Wali Kota Bogor Bima Arya saat melakukan penjemputan di Bandara Soekarno-Hatta. Saat itu Bima memang diketahui pulang dari Turki. Anggapan Kabid Dinas Kesehatan itu tertular dari Bima Arya yang memang diketahui positif COVID-19 lantas memunculkan sebutan 'klaster Turki'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, tanggal 21 (Maret), almarhum mengalami demam tinggi dan kemudian sesak nafas, masuk Rumah Sakit Bogor Senior Hospital. Tanggal 26 (Maret) beliau meninggal. Tanggal 24 keluar hasilnya, beliau tes positif COVID," kata Dedie.
Namun, pada Sabtu (28/3), Pemkot Bogor mulai melakukan rapid test dan mendapati 3 orang yang positif COVID-19. Salah seorang di antaranya diketahui merupakan pasien dari Kabid Dinas Kesehatan Kota Bogor yang pernah mendatangi tempat praktik almarhum jauh sebelum menjemput Bima Arya di bandara.
"Jadi dengan hasil ini kita bisa petakan, kemungkinan besar terbalik nih teorinya. Yang tadinya kita pikir penularan (Kabid Dinkes) ini dari Turki, ternyata kemungkinan besar teori ini salah. Kemungkinan justru dari posisi yang lain, dari klaster yang lain," ucap dia.
Bogor Lebih Waspada di Perbatasan
Untuk sisi pencegahan Dedi menyebut adanya RW Siaga Corona. Satuan tugas itu disebut Dedie harus memantau pergerakan di wilayahnya.
"Tentu RW Siaga Corona ini harus bisa memberi memobilisir ya, kekuatan masyarakat di wilayah untuk bisa menangkal arus mobilisasi atau keluar-masuk warga maupun pendatang yang masuk ke daerahnya," kata Dedie.
"Karena biar bagaimanapun juga, dengan kondisi sekarang, seseorang yang datang dari daerah lain, bisa dikategorikan sebagai ODP (orang dalam pemantauan)," lanjutnya.
Terlebih virus Corona, disebut Dedie, berbeda dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Chikungunya. Untuk itu, sebarannya pun cukup sulit dideteksi.
"Kalau DBD jelas, ada kaitan sama wilayah. Kalau COVID kan asal-usulnya dari sebuah pertemuan," kata Dedie.
(dhn/dhn)