India menerapkan lockdown untuk menekan angka penyebaran virus Corona. Kebijakan ini bikin chaos di dalam negeri hingga Perdana Menteri Narendra Modi meminta maaf.
Dilansir Deutsch Welle (DW), Selasa (31/3/2020) lockdown di India berlaku sejak Selasa, 24 Maret pekan lalu. Ribuan buruh harian di kota-kota besar terdampak, mereka kehilangan pekerjaan dan berbondong-bondong pulang kampung.
Yang terjadi adalah penumpukan warga di stasiun-stasiun kereta serta terminal bus. Ini berbanding terbalik dengan sarana transportasi yang sangat terbatas. Perusahaan Kereta Api India menghentikan jadwal perjalanan mulai 23 Maret hingga 31 Maret.
Beberapa hari sebelum jadwal perjalanan kereta dihentikan, ratusan ribu pekerja migran sudah meninggalkan kota-kota yang terdampak wabah virus corona seperti Delhi, Mumbai, dan Ahmedabad. Mereka umumnya pulang ke desa-desa di Negara Bagian Uttar Pradesh dan Bihar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan lockdown di India justru memicu konsentrasi di beberapa titik. Warga juga menyebar dari kota yang terjangkit wabah ke desa yang belum terkena.
Deutsche Welle (DW) menuliskan peristiwa tersebut justru meningkatkan risiko penularan ke warga lainnya. Sejumlah pakar khawatir India justru akan menghadapi tantangan berat dalam dua pekan mendatang.
Pemerintah pusat India di New Delhi meminta pemerintahan negara bagian menghentikan laju migrasi massal para pekerja harian tersebut. Mereka diminta memberikan bantuan seperti akomodasi dan penampungan darurat selama masa lockdown yang rencananya akan diberlakukan hingga 14 April yang akan datang itu.
Pada Sabtu, 29 Maret lalu pemerintah negara bagian Uttar Pradesh mengirim hampir 200 bus untuk mengembalikan pekerja migran ke tempat asal mereka. Pemerintah juga mengirim tim medis untuk menyaring penumpang bus di halte-halte bus. Namun tidak tersedia cukup bus untuk semua yang ingin naik.