Lockdown Diterapkan di Wuhan, WHO Akui Keberhasilan China Atasi Corona

Lockdown Diterapkan di Wuhan, WHO Akui Keberhasilan China Atasi Corona

Danu Damarjati - detikNews
Kamis, 19 Mar 2020 21:11 WIB
Wuhan Sport Center di Hubei, China, menjadi salah satu tempat sementara untuk menampung pasien virus corona. Seperti apa penampakan interiornya? Yuk, intip!
Foto ilustrasi: Suasana Wuhan Sport Center (Xiao Yijiu/Xinhua via AP)
Jakarta -

Sejak awal tahun, belasan negara sudah menerapkan lockdown untuk mengatasi penularan virus Corona. Apakah cara karantina wilayah besar-besaran seperti itu ampuh memukul mundur virus Corona?

China adalah negara pertama yang melakukan lockdown. COVID-19 memang merebak di negara ini, pertama kalinya, tepatnya di Wuhan, Provinsi Hubei. Pada 23 Februari, Wuhan di-lockdown, kota-kota lain di luar Wuhan, bahkan Beijing dan Shanghai, menyusul sesudahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir The New York Times, China kini bangga dengan pencapaian kebijakannya. Lewat kebijakan yang diambil dengan gaya birokrasi top-down tanpa toleransi terhadap perbedaan pendapat, ternyata angka penularan virus Corona bisa ditekan.

Wabah COVID-19 memaksa pemerintah untuk menerapkan pembatasan keras terhadap aturan bepergian dan karantina. Javier C Fernandes dari The New York Times menyebut kebijakan lockdown Wuhan sebagai pendekatan palu godam Beijing. Harus diakui, angka penularan memang menurun, tapi dampak trauma kemanusiaan dan kerugian ekonomi juga besar. Rakyat terdampak dikabarkan marah ke pemerintahan Partai Komunis.

ADVERTISEMENT

Contoh dari trauma dialami Dengh Chao (30). Penduduk Wuhan ini merasa diabaikan karena terjebak di hotel tempat karantina, sendirian. Tidak semakin sehat, malah menjadi sakit, tapi tanpa penanganan medis selama sepekan. Kini dia dinyatakan sembuh, namun gara-gara suasana karantina massal, dia kini trauma. "Saya merasa sangat putus asa," ujarnya.

Di Hubei, lebih dari 50 juta penduduk ditempatkan dalam penjagaan ketat. Karantina massal seperti ini dipandang perlu demi menurunkan 4,6% tingkat kematian (Case Fatality Rate/CFR) di kota itu. Namun demikian, ada keraguan soal statistik versi pemerintah China. Apakah bila pemerintah mengklaim pencapaian 0 kasus positif Corona maka itu berarti tak ada lagi kasus Corona di Hubei? Susah untuk dibuktikan. Wartawan yang mengkritisi data pemerintah bisa dipenjara karena dianggap menghina.

Siaran-siaran propaganda pro-pemerintahan Xi Jinping beberapa pekan belakangan memuji respons penanggulangan wabah ini sebagai cerita sukses dan teladan bagi negara-negara lain.

Namun apa benar kebijakan lockdown bakal berhasil memukul mundur COVID-19? Kepala divisi epidemiologi dan biostatistik Hong Kong University's School of Public Health, Ben Cowling memprediksi begini: bila nanti lockdown diakhiri, maka orang-orang Hubei dan sekitarnya akan bepergian kembali ke wilayah-wilayah lain. Kemungkinan, virus itu bakal merebak lagi.

Lockdown Diterapkan di Wuhan, WHO Akui Keberhasilan China Atasi CoronaWuhan (AP Photo/Arek Rataj, File)

"Pertanyaannya, apa yang terjadi bila ada suatu wabah gelombang kedua, karena langkah seperti ini (lockdown) tidak diperlukan sebagai langkah berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama," kata Ben Cowling.

Kini di Provinsi Hubei (yang menaungi Wuhan), pembatasan lockdown sudah diperlonggar. Pabrik-pabrik sudah diperintahkan untuk beroperasi kembali secara bertahap. Pemerintah mengatakan penduduk yang berisiko rendah dan menengah COVID-19 diperbolehkan bepergian di dalam area provinsi. Di Wuhan sendiri, pusat karantina masal untuk pasien bergejala ringan sudah ditutup semua.

WHO: 70% pasien di China sembuh

Terlepas dari cara keras lockdown di Wuhan, terlepas juga dari dampak trauma psikologis dan ekonomi yang diakibatkan dari lockdown, nyatanya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui pencapaian China. WHO menyebut lebih dari 70 persen dari jumlah total pasien virus Corona di China daratan telah berhasil sembuh. WHO juga menyebut China mulai bisa 'mengendalikan wabah ini'.

"Kita perlu ingat bahwa dengan tindakan dini yang tegas, kita bisa memperlambat virus dan mencegah penularan. Di antara mereka yang terinfeksi, kebanyakan akan sembuh," sebut Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada wartawan di Jenewa, Swiss, seperti dilansir AFP, Selasa (10/3).

"Dari 80 ribu kasus yang dilaporkan di China, lebih dari 70 persen telah sembuh dan dipulangkan (dari rumah sakit)," ungkap Tedros.

Menurut data WHO yang dilihat detikcom dari situs resminya, diperbaharui 18 Maret 2020, pukul 18.00 CET (Waktu Eropa Tengah), ada 81.174 kasus positif COVID-19 di China. Sebanyak 3.242 orang tewas akibat virus itu. Tingkat kematiannya 3,99%.

Dilansir AFP, Kamis (19/3/2020), Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan tidak ada kasus baru virus Corona di kota Wuhan maupun Provinsi Hubei, yang sebelumnya menjadi pusat wabah ini di China daratan. Ini menjadi momen pertama tidak adanya kasus baru sejak virus Corona mewabah sejak Desember 2019.

Inikah keberhasilan lockdown dalam memukul mundur Corona? Percayakan Anda?

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads