Namun hari ini Italia terlihat berbeda. Jalanan dan restoran kosong. Bioskop dan museum ditutup. Hanya apotek dan swalayan yang buka dan disesaki pengunjung.
- Korea Selatan siaga 'level tertinggi' virus corona, pembatasan ketat di Italia dan penutupan perbatasan Iran
- Virus corona: Italia perluas karantina ke seluruh wilayahnya, KBRI akan minta akses jika ada WNI terpapar
- Masyarakat Italia 'dihantui' virus corona, turis dan warga keturunan China menjadi sasaran sentimen rasis
Pemerintah Italia memutuskan untuk menutup wilayah mereka secara nasional untuk menanggulangi penyebaran virus corona. Warga Italia tidak diizinkan berpergian kecuali untuk alasan gawat darurat atau pekerjaan tertentu.
Setiap orang yang terbukti melanggar larangan itu dapat dijatuhi denda atau dipenjara.
"Setiap orang harus mengalah untuk melindungi kesehatan publik," ujar Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Walau begitu, mendorong penduduk negara ini untuk merelakan sementara kehidupan yang menyenangkan bukan perkara mudah.
Menyantap jajanan dan minuman bersama-sama dengan kawan dan keluarga di luar rumah merupakan kebiasaan umum masyarakat Italia. (Getty Images)
Mengubah gaya hidup
Masyarakat Italia gemar berada di luar ruangan dan menikmati hari, baik bermain sepakbola di taman atau menyantap es krim di pantai. Mereka benar-benar memanfaatkan waktu untuk bersenang-senang.
Kebiasaan 'aperitivo' alias minum-minum atau jajan di luar rumah setelah jam kerja bersama kawan dan sanak famili adalah salah satu ciri masyarakat Italia. Kebiasaan itu mereka lakukan sebelum pulang untuk makan malam di rumah.
Namun 'ritual' warga Italia itu kini tidak bisa dilakukan. Bar dan restoran diperintahkan pemerintah untuk tutup pukul 6 sore.
Pemerintah Italia meminta warga mereka untuk tidak berpergian. (Reuters)
Ada stereotipe bahwa orang Italia berbicara dengan tangan mereka. Walau itu mungkin tidak berlaku untuk semua orang Italia, mereka jelas merupakan kelompok masyarakat yang mengekspresikan diri dengan menyentuh orang lain. Ciuman di pipi biasa mereka lakukan saat bertemu kolega.
Sekarang mereka diminta untuk menjaga jarak aman setidaknya satu meter dari orang lain.
Bahkan istirahat pendek di sela kegiatan juga dilarang. Mereka diminta meninggalkan kebiasaan memesan dan meneguk espresso dengan cepat di sudut kafe sambil berbincang dengan kawan.
Banyak kafe di Roma saat ini hanya menerima tiga pelanggan dalam satu waktu yang sama.
Jalanan di kota-kota Italia yang biasanya disesaki turis kini sepi. (Getty Images)
Melanggar aturan
Pekan lalu, ketika wilayah karantina masih terbatas di sejumlah wilayah bagian Italia utara, muncul kemarahan di kalangan muda-mudi di kawasan Italia lainnya.
Meski penduduk lanjut usia pada umumnya waspada, banyak warga Italia di bawah 30 tahun tetap beraktivitas di luar ruangan secara normal, termasuk menyantap ikan di pinggir pantai pada Minggu siang.
"Saya ingin melanjutkan hidup secara normal," kata Francesco, warga Napoli. "Kami muda dan tidak mungkin terjangkit virus," tuturnya.
Banyak warga Italia di sosial media mengutuk perilaku semacam itu sebagai sebuah keegoisan dan hal yang tidak bertanggung jawab.
Tagar #iostoacasa dan kalimat "Saya bertahan di rumah" digunakan untuk mendorong publik Italia tidak berpergian.
Menikmati es krim merupakan aktivitas yang sangat digemari warga Italia. (Getty Images)
Walau penutupan wilayah di Italia diperluas secara nasional, sejumlah laporan menyebut semakin banyak orang yang melanggar ketentuan tersebut.
Dua perempuan mengunggah video ke Instagram, memperlihatkan mereka berada di sebuah bar, tengah berbincang tentang cara melanggar aturan jam malam.
Dan dua laki-laki berusia 20-an tahun tertangkap berusaha berpergian dengan pesawat dari Bologna untuk liburan ke Madrid, Spanyol.
Tidak jelas bagaimana pemerintah Italia akan menegakkan aturan yang mereka buat. Otoritas setempat selama ini sulit meloloskan legislasi. Italia juga dikenal sebagai negara yang menganggap hukum sebagai saran semata.
Gereja di Italia diizinkan untuk tetap buka, tapi pastor dilarang menggelar misa. (Getty Images)
Perasaan publik
Italia adalah negara dengan tradisi Katolik kental. Sebagian warga mereka masih sulit menerima bahwa gereja dilarang menggelar misa walau mereka masih tetap boleh membuka gereja untuk umat.
Paus Francis pun menyampaikan khotbah mingguannya melalui video.
"Ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Laura, warga Roma. "Bahkan selama Perang Dunia II, kami masih bisa mengikuti misa setiap Minggu dan merasakan keberadaan sebuah komunitas."
"Akan tetapi sekarang saya merasa terisolasi," ujarnya.
Konsekuensi yang paling menyakitkan adalah larangan menyelenggarakan pemakaman. Hanya seremoni penguburan singkat dengan jumlah orang terbatas yang diizinkan--itu pun tanpa misa requiem.
Masyarakat Italia dilarang saling berpelukan atau bersentuhan tangan. Satu meter adalah jarak aman yang wajib ditaati jika warga saling berjumpa.
Mengubah perilaku alami secara drastis tidak mudah bagi kebanyakan orang Italia. Butuh waktu untuk meyakinkan mereka bahwa penyebaran virus corona harus ditanggapi secara serius.
(nvc/nvc)