Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan oleh Belanda: Asli atau Palsu?

Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan oleh Belanda: Asli atau Palsu?

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 11 Mar 2020 12:25 WIB
Belanda membawa pulang keris Pangeran Diponegoro. Keris tersebut sempat dipajang di Istana Bogor.
Foto: Keris Pangeran Diponegoro dipamerkan (Dok. Biro Setpres)
Jakarta -

Keris milik pahlawan nasional Pangeran Diponegoro telah dikembalikan oleh Pemerintah Belanda kepada Indonesia. Namun, keaslian keris itu masih diragukan dan menuai polemik.

Sebagaimana diketahui, keris milik Pangeran Diponegoro bernama Kiai Naga Siluman dipajang di ruangan Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020). Keris tersebut diserahkan oleh Raja Willem Alexander kepada Presiden Jokowi.

Dilansir dari situs resmi pemerintah Belanda, Senin (9/3), keris berwarna hitam dengan ukiran berlapis emas itu sempat dikabarkan hilang. Keris tersebut berhasil diidentifikasi setelah dilakukan penelitian oleh Museum Volkenkunde, Leiden.


Sejumlah pihak meyakini dan mengklaim keris Pangeran Diponegoro yang dikembalikan itu asli. Namun ada pula yang meragukan keris yang pernah menjadi saksi sejarah tipu muslihat Belanda kepada Pangeran Diponegoro ini.

Mereka yang Meragukan Keaslian Keris Pangeran Diponegoro

Keraguan soal keris Pangeran Diponegoro yang dikembalikan oleh Belanda itu mulanya muncul dari penuturan ahli waris Pangeran Diponegoro.

Menurut penuturan ahli waris dan dari cerita tutur, keris Diponegoro adalah keris naga siluman. Namun keris yang dikembalikan dari Belanda itu merupakan keris dengan dhapur (rancang bangun) nagasasra.

Dalam khasanah keris Jawa, ada puluhan bahkan ratusan jenis dhapur atau rancang bangun sebuah keris. Keris dhapur naga misalnya, juga sangat banyak jenis. Dhapur nagasasra dan dhapur naga siluman, adalah dua rancang bangun keris yang berbeda dan memiliki ciri, ricikan, serta bentuk yang berbeda yang telah baku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ahli waris maupun kalangan tradisional Jawa pada umumnya, selama ini mempercayai bahwa keris Pangeran Diponegoro adalah keris naga siluman. Keris itulah yang diperkirakan disita Belanda seiring penangkapan sang Pangeran pada tahun 1830 di Magelang, bersama tiga barang lainnya yaitu sebuah tombak, sebuah senjata cakra dan sebuah pelana kuda.

"Kalau melihat fisiknya (keris yang dikembalikan Pemerintah Belanda ke Indonesia) itu dhapur keris nagasasra, itu kalau bicara dhapur ya," papar keturunan ketujuh Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo, kepada detikcom, Selasa (10/3/2020).

"Kalau kita bicara dhapur, keris yang dikembalikan oleh Belanda itu bukan ber-dhapur naga siluman. Itu dhapur-nya adalah nagasasra kamarogan (keris dhapur nagasasra yang dilapisi hiasan emas)," sambung Roni.

Namun, Roni tidak memastikan bahwa keris yang dikembalikan tersebut bukan keris Diponegoro. Sebab bisa jadi, nama keris naga siluman sebagai milik Diponegoro selama ini tidak merujuk pada dhapur, tapi sebutan.

ADVERTISEMENT

Simak Video "Raja Belanda Serahkan Keris Pangeran Diponegoro ke Jokowi"




Keraguan soal keaslian keris itu juga disampaikan oleh urator Museum Keris Nusantara di Solo, Ki Ronggajati Sugiyatno. Dia meragukan kebenaran klaim tersebut.

Dia menegaskan keris yang dikembalikan ke Indonesia tersebut adalah keris dhapur Nagasasra Kamarogan. Dia meyakini Pangeran Diponegoro mustahil apabila tak memahami rancang bangun atau dhapur keris.

Sebagai seorang pangeran yang pernah menjadi penasihat utama raja (Hamengku Buwono V), Diponegoro diyakini sangat paham perihal keris.

"Tidak mungkin Pangeran Diponegoro tak bisa membedakan keris dhapur Nagasasra dengan keris dhapur Naga Siluman. Hal yang lebih tak mungkin lagi adalah Diponegoro memberi gelar atau nama keris dhapur Nagasasra dengan nama Naga Siluman karena dia pasti tahu bahwa Naga Siluman adalah dhapur tersendiri," papar Ki Ronggajati kepada detikcom, Selasa (10/3).


Alasan berikutnya adalah warangka atau sarung keris yang dikembalikan dari Belanda itu berjenis warangka Ladrangan Kagok gaya Surakarta. Untuk diketahui, warangka keris Jawa ada empat macam, yakni Ladrangan, Capu, Gayaman, dan Sandhang Walikat.

Ladrangan kagok memiliki ukuran daun lebih kecil dibanding Ladrangan Branggah, tapi lebih besar dari warangka jenis Capu.

"Diponegoro itu pangeran dari Yogyakarta, tidak mungkin mengenakan keris dengan warangka gaya Surakarta. Seperti diketahui, beliau hidup adalah pada masa awal-awal pecahnya Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Pada masa itu, identitas-identitas atribut seperti itu sangat diperhatikan sebagai penanda khusus asal seseorang," lanjutnya.

Mereka yang Mengklaim Keris Pengeran Diponegoro Asli

Kendati demikian, keris yang dikembalikan oleh Belanda itu diklaim asli. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi meyakini yakin keris itu asli karena telah dikonfirmasi.

"Dengan datangnya tim dari Indonesia, maka sudah dikonfirmasikan keris tersebut adalah keris Diponegoro dan kemudian dikembalikan ke Indonesia," ujar Retno di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Retno menjelaskan, penelitian berulang kali dilakukan untuk memastikan keaslian keris itu. Proses pengembalian keris Pangeran Diponegoro memakan waktu lama.

"Jadi prosesnya tentunya kita melakukan penelitian bersama untuk betul-betul memastikan bahwa keris ini adalah milik Pangeran Diponegoro," ujar Retno.

Retno menuturkan pihaknya sudah berkonsultasi dengan Kemendikbud soal keaslian keris itu. Hal yang yang mendasari keyakinan Retno.


Sementara itu, keyakinan soal keaslian keris itu juga disampaikan oleh Empu Totok Brojodiningrat. Empu Totok ialah orang yang pernah melihat langsung dan memegang keris tersebut di Belanda.

Empu Totok memastikan keris yang diserahkan Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia adalah keris yang pernah diamatinya langsung ketika dia dan rombongan mengunjungi Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda, sekitar 10 bulan lalu.

Totok memastikan bahwa keris tersebut memang keris kuno, bukan keris buatan baru. Sedangkan terkait polemik keaslian keris tersebut sebagai keris milik Pangeran Diponegoro, Totok menduga bahwa sebutan Kiai Naga Siluman adalah merupakan nama atau julukan dari keris tersebut, bukan merupakan identifikasi dhapur naga siluman.

Totok memiliki pendapat bahwa kemungkinan memang nama naga siluman dipilih Pangeran Diponegoro tanpa menghubungkan dengan jenis dhapur-nya. Atau kemungkinan lain, pelukis Raden Saleh selaku penulis arsip, kurang memahami masalah keris.

"Bisa saja sebenarnya itu (dhapur) nagaraja tapi punya karena pengalaman yang ampuh, misalnya bisa menyelamatkan dari kepungan, supaya tidak kelihatan dari musuh, ya bisa saja keris itu dinamakan Naga Siluman. Seperti saya juga, keris ini kok berbeda dengan yang lainnya, saya beri nama ki apa, kyai apa," ujarnya.

Namun Totok mengaku enggan memperpanjang perdebatan tersebut. Dia mengajak semua pihak mengambil sisi positif dari kembalinya artefak kuno Indonesia yang ratusan tahun disimpan di Belanda.


Simpang siur soal keaslian keris Pangeran Diponegoro ini juga dimantapkan oleh Sri Margana. Srimargana adalah sejarawan sekaligus verifikator penelitian tentang Keris Kiai Naga Siluman.

"Saya sebagai verifikator ditugaskan memverifikasi apakah penelitian sejak 1984 hingga kemarin sudah akurat atau belum. Dengan mantap, saya bisa mengatakan bahwa mereka sudah cukup menghadirkan bukti arsip yang sangat kuat," kata anggota Tim Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro, Sri Margana, kepada detikcom, Selasa (10/3/2020).

Penelitian sudah lama dilakukan. Selain Margana, ada empat peneliti dan satu tim verifikator dari Wina Austria yang turut serta mencermati benda pusaka ini. Ada pula dua empu (pembuat keris) asal Indonesia yang didatangkan ke Belanda untuk memeriksa keris itu.

Tiga keris diajukan para peneliti. Pada proses final, disimpulkan bahwa keris yang dibawa ke Indonesia itulah yang merupakan keris Pangeran Diponegoro berjuluk Kiai Naga Siluman. Arsip bersejarah membuktikannya.

"Arsip tulisan Sentot Alibasyah Prawirodirdjo (Panglima Perang Diponegoro) ditemukan tahun 2017. Tulisan itu ditulis bulan Mei 1830, tak lama setelah Diponegoro ditangkap," kata Margana.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads