KPAI Dorong Rehabilitasi Psikologi ABG Pembunuh Bocah di Jakpus

KPAI Dorong Rehabilitasi Psikologi ABG Pembunuh Bocah di Jakpus

Mei Amelia R - detikNews
Sabtu, 07 Mar 2020 20:03 WIB
Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listiarti, Solo, Rabu (27/2/2019).
Retno Listiyarti (Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Jakarta -

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merasa prihatin atas kasus pembunuhan bocah A (5) yang diduga dilakukan oleh ABG berinisial N (15) di Sawah Besar, Jakarta Pusat. KPAI mendorong agar anak pelaku mendapatkan rehabilitasi psikologi.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan kesalahan seorang anak tidak berdiri sendiri. Faktor lingkungan dan pola pengasuhan berpengaruh terhadap perilaku delinkuensi anak pelaku.

"Karena anak biasanya menunjukkan tanda-tanda yang dapat dikenali ketika memiliki masalah. Misalnya, perilaku anak pelaku yang pernah menyakiti hewan, dari gambar-gambar yang dibuat anak pelaku, dan lain-lain. Andai orang dewasa di sekitar anak dapat memiliki kepekaan, si anak dapat dibantu rehabilitasi psikologinya, sehingga perilaku delinkuensinya dapat diatasi, bahkan dihilangkan," jelas Retno dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (7/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Delinkuensi adalah tingkah laku yang menyalahi norma dan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Menurut Retno, sebagian besar anak-anak delinkuen berasal dari keluarga berantakan (broken home). Untuk diketahui, korban hidup di keluarga broken home.

"Kondisi keluarga yang tidak bahagia dan tidak beruntung jelas membuahkan masalah psikologis personal dan penyesuaian diri yang terganggu pada diri anak-anak, sehingga mereka mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga guna memecahkan kesulitan batinnya dalam bentuk perilaku delinkuen," tutur Retno.

ADVERTISEMENT

Lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak pelaku. Menurut Retno, seharusnya sekolah bisa memaksimalkan potensi anak pelaku yang pintar menggambar dan olahraga tenis, sehingga lebih tersalurkan ke arah yang positif.

"Sayangnya, potensi ini tidak dimaksimalkan oleh lingkungannya, di sekolah misalnya. Pihak sekolah, seperti wali kelas dan guru Bimbingan Konseling (BK), semestinya juga memiliki kepekaan untuk menangkap perilaku delinkuen si anak sehingga dapat menolongnya untuk mendapatkan bantuan psikologis," tutur Retno.

Lebih lanjut Retno mengamati perilaku anak yang terinspirasi film-film horor. Menurut Retno, tayangan audio visual memiliki pengaruh kuat dalam perkembangan perilaku anak.

"Anak adalah peniru ulung dari apa yang dia lihat langsung di lingkungannya atau dia lihat melalui tayangan di televisi dan film," ucapnya.

Karena itu, Retno kembali mengingatkan pentingnya pendampingan orang tua terhadap tontonan anak-anak.

"Audio visual itu daya pengaruhnya ke anak tinggi, apalagi kalau anak menonton tanpa pendampingan dan edukasi orang dewasa. Mereka belum sepenuhnya paham duduk persoalan, pertimbangan belum matang, cenderung menelan mentah-mentah apa yang mereka tonton dan cenderung meniru apa yang mereka anggap keren," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads