Dua Hari Ribut-ribut Massa Driver Ojol Vs Debt Collector di Sleman

Round-Up

Dua Hari Ribut-ribut Massa Driver Ojol Vs Debt Collector di Sleman

Pradito Rida Pertana - detikNews
Sabtu, 07 Mar 2020 12:36 WIB
Pelaporan seorang driver ojek online (ojol) di Sleman berinisial LA (29) ke polisi terkait kasus pengeroyokan berbuntut panjang.
Momen ribut massa ojol dan kelompok debt collector di Sleman, Kamis (5/3/2020). (Foto: Jauh Hari Wawan S/detikcom)
Yogyakarta -

Massa driver ojek online (ojol) terlibat keributan dengan kelompok debt collector (DC) di Sleman. Polisi menyebut ribut-ribut massa ojol dan DC itu telah berlangsung dua hari sebelum akhirnya ada kata sepakat melalui mediasi.

Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah mengatakan jalannya mediasi melibatkan perwakilan dari ojol dan DC yang sebelumnya sempat bersitegang. Kedua pihak akhirnya membuat kesepakatan dan menyetujui.

"Tadi bahwa kita mediasi teman ojol ada 10 orang dan teman (DC asal) Maluku ada 5 orang, mereka bertemu langsung menyampaikan apa yang menjadi tuntutannya dan itu mereka duduk bersama dan sepakat untuk (kasus hukum) ditindaklanjuti," kata Rizky di Mapolsek Depok Barat, Jumat (6/3/2020) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rizky menjelaskan ada beberapa tuntutan dari driver ojol. Pertama, soal keselamatan driver ojol saat bekerja. Kedua, yakni meminta polisi untuk melakukan penegakan hukum.

"Ada beberapa permintaan dari driver yakni jaminan keamanan dan itu disanggupi (oleh kelompok DC) bahkan disampaikan kalau ada yang mau mengganggu teman ojol mereka (teman-teman Maluku) siap membantu. Permintaan kedua terkait penegakan hukum," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Aksi massa di Babarsari ini, kata Rizky sudah dilakukan dua hari berturut-turut. Dia pun mengimbau agar semuanya saling menghormati dan mempercayakan proses hukum yang saat ini sedang berjalan.

"Tolong hargai masyarakat, kita sudah dua hari berturut-turut menutup jalan, mereka rata-rata di sini pedagang, jadi sama-sama saling menghormati," pintanya.

"Sudah ada kesepakatan damai antara ojol dan DC. Tapi saat ini proses hukum terus berjalan untuk yang perusakan. Sekarang Polres Sleman fokus penegakan hukum," lanjutnya.

Rizky menjelaskan, saat ini di Polres Sleman ada tiga kasus yang sedang ditangani. Semuanya terkait perusakan yang diakibatkan dari ricuh Kamis (5/3/2020) kemarin.

"Ada tiga perusakan kantor Grab, kantor leasing dan empat unit sepeda motor. Itu yang kami tangani dan barang buktinya sekarang ada di kantor," bebernya.

Selain itu, pihaknya juga telah membentuk tim khusus untuk menangani masalah tersebut.

"Kami juga bentuk tim untuk penyidikan korban di rumah sakit, memang saat ini belum bisa diambil keterangan karena beberapa orang sedang dioperasi," ungkapnya.

Rizky juga turut menyampaikan agar pihaknya bisa memproses driver ojol yang melakukan perusakan kantor leasing. Hal itu menurutnya juga telah dipahami oleh para driver ojol.

"Saya juga sampaikan kepada teman ojol untuk bisa memproses perusakan di kantor leasing PT BMA. Jadi semua berimbang, dan itu semua dipahami dan setuju," ucapnya.

Sebelumnya, massa ojek online (ojol) di Sleman kembali turun ke jalan, Jumat (6/3) sore. Mereka menuntut polisi agar segera menuntaskan kasus yang membuat rekan-rekannya terluka dalam kericuhan dengan kelompok debt collector (DC) pada hari Kamis (5/3).

Pantauan detikcom sejak pukul 17.35 WIB, sudah ada ratusan driver ojol yang turun ke Babarsari, Depok, Sleman. Dari informasi yang dihimpun, mereka sudah mulai datang sejak sore sekitar pukul 17.00 WIB.

Polisi yang berjaga pun berusaha menenangkan massa. Butuh waktu yang cukup lama untuk bernegosiasi dan membujuk massa agar mau bubar. Negosiasi pun berjalan cukup alot.

Simpang empat Jalan Selokan Mataram sempat ditutup beberapa saat. Arus lalu lintas dialihkan. Pukul 19.15 WIB hingga massa baru berangsur membubarkan diri.

Polisi membeberkan awal mula kericuhan tersebut.

"Peristiwa awal Selasa (3/3) sore ada ojol yang diberhentikan oleh DC. Setelah dialog, si ojol mengaku angsurannya telat satu bulan," kata Kabid Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto di Mapolres Sleman, Jumat (6/3).

Driver ojol yang diberhentikan DC itu berinisial A. Melihat ada rekan ojol yang diberhentikan DC, akhirnya driver ojol lain, yakni LA, datang untuk membantu.

"Driver inisial LA menyuruh A pergi. Kemudian perdebatan beralih antara DC dengan LA, kemudian terjadi pemukulan terhadap LA yang dilakukan oleh DC berinisial T," jelasnya.

"LA lalu pada Rabu (4/3) siang sudah membuat LP di Polsek Depok Timur," lanjutnya.

Peristiwa yang menimpa LA membuat rekan sesama ojol datang ke lokasi pada Selasa (3/3) sore. Namun tidak sampai menimbulkan kericuhan.

"Kemudian DC membubarkan diri dan permasalahan Selasa malam itu tidak berlanjut," ujarnya.

Namun, justru pada Rabu (4/3) pagi, massa ojol mendatangi kantor leasing di Jalan Wahid Hasyim, Kecamatan Depok, Sleman. Kantor leasing tersebut dalam kondisi kosong.

"Kemudian Rabu pagi rekan ojol mendatangi leasing yang ada di Jalan Wahid Hasyim. Namun memang ketika rekan ojol datang, kantor dalam kondisi kosong, tidak ada karyawan dan pegawai," paparnya.

Yuli menyebut kemudian ada posting-an yang menyudutkan satu pihak di media sosial.

"Seiring itu, di media sosial dan di grup WA ada posting-an yang menyudutkan pelaku pemukulan. Kebetulan yang di-posting salah satu warga dari daerah tertentu, kemudian berkembang komentar di medsos. Pelaku lantas merasa tercemar nama baiknya," paparnya.

DC berinisial T yang merasa dicemarkan nama baiknya kemudian melapor ke Ditreskrimsus Polda DIY. Bersamaan dengan pelaporan yang dilakukan oleh T, massa DC datang ke kantor Grab pada Kamis (5/3).

"T ini melaporkan ke Krimsus Polda DIY. Namun bersamaan dengan pelaporan itu, sekelompok orang DC datang ke kantor Grab yang ada di Casa Grande. Di situ terjadi ketegangan dan keributan kecil," tuturnya.

"Kemudian, karena semakin berkembang informasinya, juga semakin banyak ojol datang ke kantor Grab. Karena situasi semakin panas di kantor, proses klarifikasi yang diminta oleh sekelompok orang yang datang ke kantor Grab dialihkan ke Polsek Depok Timur," lanjutnya.

Yuli mengatakan sekelompok orang yang datang ke kantor Grab bertujuan melakukan klarifikasi terkait posting-an para driver ojol. Namun, karena posting-an di medsos itu, kata Yuli, kedatangan para DC justru memantik salah paham.

"Kemudian karena di Polsek Depok Timur dilakukan mediasi oleh jajaran Polres Sleman, termasuk Polda DIY. Kemudian massa ojol setelah membubarkan diri dari polsek ternyata ada di medsos mereka akan menggeruduk kantor PT BMA," bebernya.

Yuli membenarkan, setelah mediasi dari Polsek Depok Timur, ada perusakan di kantor leasing. Peralatan kantor pun ada yang sampai dibakar.

"Memang setelah polsek atau teman ojol ada yang tidak ke polsek, tapi langsung ke kantor leasing dan di situ terjadi perusakan, berkas dikeluarkan. Kemudian meja dan komputer ada yang terbakar," ungkapnya.

Selain di kantor leasing, ricuh ternyata juga pecah di kawasan Babarsari, Depok, Sleman. Insiden ricuh itu membuat empat kendaraan roda dua rusak dan enam driver ojol terluka.

Di tempat lain, di pertigaan Babarsari, dalam waktu hampir bersamaan, ada keributan ojol dengan sekelompok orang.

"Dari peristiwa itu, kantor leasing ada barang rusak, kaca pecah, kemudian di lokasi Babarsari, ada kerugian material yang sudah kita data, yakni empat motor ojol kondisi rusak, kemudian enam orang mengalami luka," beber Yuliyanto.

Polisi telah memeriksa lima orang saksi. Pihak-pihak yang merasa menjadi korban diminta untuk datang ke kantor polisi dan memberikan keterangannya.

"Dari peristiwa ini sudah diperiksa ada lima orang. Masyarakat atau rekan-rekan ojol bisa memberikan saksi ke Polda DIY tanpa harus dilakukan pemanggilan," kata Yuliyanto.

"Misalnya pemilik sepeda motor yang dirusak, datang (ke kantor polisi), tentu itu akan menjadi saksi," lanjutnya.

Enam driver ojol yang dilaporkan terluka dalam bentrok tersebut, tiga orang di antaranya dikabarkan mengalami luka tembak.

Kabid Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto menyebut polisi bakal mengecek kabar tersebut. Salah satunya dengan memastikan benda asing yang bersarang di tubuh tiga driver ojol itu proyektil atau bukan.

"Kalau kabar yang beredar di luar itu hasil tembakan, maka tentu kita melihat dulu benda asing itu apa. Apakah itu proyektil dari senjata jenis apa kita belum tahu. Karena kita belum melihat fisik dari benda asing itu," kata Yuliyanto di Mapolres Sleman, Jumat (6/3).

"Yang jelas, kalau di luar itu ada info luka karena senpi, kita pastikan itu bukan senpi organik Polri. Polri tidak pernah mempunyai senpi dengan klasifikasi seperti itu," tegasnya.

Yuli menyampaikan, polisi akan melibatkan ahli untuk mengecek benda asing yang terdapat di tubuh korban bentrok ojol vs DC itu.

"Nanti ada labfor, kalau itu memang proyektil senjata api dan kalau itu mungkin berasal dari airsoft gun tentu kita ajak ahli dari Perbakin," jelasnya.

Yuliyanto mengungkapkan ketiga korban itu saat ini dirawat di RSPAU dr S Hardjolukito Yogyakarta.

"Tiga orang opname di Hardjolukito itu di bawah kulit ada benda asing yang satu ukurannya 3 cm. Posisi luka ada di paha dan di paha atas," jelasnya.

Tiga driver ojol itu akan menjalani operasi untuk mengangkat benda asing yang bersarang di tubuh mereka itu. Hasil rontgen, benda asing itu bentuknya kecil agak memanjang.

"Jadi bukan gotri dan apakah ini karena tembakan dari softgun atau airgun atau dari mana sedang kita lakukan pemeriksaan. Hari ini tiga dioperasi kecil untuk mengangkat benda asing itu," ungkapnya.

Halaman 2 dari 5
(rih/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads