Hal tersebut terlihat dengan perubahan perilaku masyarakat yang gegabah membeli masker secara berlebihan akhir-akhir ini.
"Euforia orang itu seolah-olah dengan menggunakan masker itu cukup, itu menurut saya wasting," kata Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Undika, Rudi Santoso, Rabu (4/3/2020).
Menurutnya, perilaku berlebihan itu menyebabkan kenaikan harga barang yang cukup signifikan. Saat harga barang mulai naik, masyarakat menengah ke bawah akan merasa terbebani dengan harga yang tak wajar.
Padahal, kata Rudi, mencegah penularan virus corona dapat diantisipasi dengan menjaga daya tahan tubuh, olahraga, tidur teratur, dan meminum vitamin secukupnya.
"Boleh dikatakan itu panik yang dilakukan masyarakat, membeli masker secara berlebih, seharusnya itu boleh untuk sekedar jaga-jaga tapi tidak langsung memborong," jelasnya.
Rudy berpendapat, jika beberapa masyarakat tetap bersikap gegabah dan panik dalam menanggapi penyebaran virus corona ini, akan memperburuk ketentraman bangsa. Justru menimbulkan permasalan baru dalam masyarakat berpenghasilan rendah, yakni merasa tertekan atas banyaknya kenaikan harga barang.
Pun merugikan ekonomi mikro seperti toko kecil atau minimarket. Padahal tidak perlu masyarakat memborong makanan barang-barang tertentu.
Menurutnya masyarakat harus belanja barang-barang untuk jangka panjang, seperti makanan pokok. Karena makanan pokok ini lebih dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan.
Ia berharap masyarakat tidak gegabah dan tidak mengubah perilaku peduli pada diri sendiri secara berlebihan.
"Apalagi pemerintah sudah siap menghadapi virus tersebut, bahkan yang akan masuk ke Indonesia sudah dikarantina standart militer untuk memastikan keamanan dan kesehatannya," pungkasnya.
Tonton juga RSPI Isolasi 7 Pasien dalam Pengawasan Terkait Corona :
(fat/fat)