Madiun -
Tanaman porang saat ini menjadi perbincangan. Seiring dengan nasib Paidi (37), warga Kabupaten Madiun yang jadi seorang miliader berkat porang. Padahal dulunya Paidi adalah seorang pemulung.
Di Kabupaten Madiun, sentra tanaman porang ternyata bukan di Lereng Gunung Wilis di Desa Kepel, Kecamatan Kare tempat tinggal Paidi. Dan belum banyak orang tahu bahwa sentra tanaman yang aslinya liar itu ternyata ada di Gunung Pandan.
Gunung Pandan merupakan perbatasan antara Kabupaten Madiun, Nganjuk, dan Bojonegoro. Namun jika ingin sejauh mata memandang melihat Porang, wajib datang ke Desa Sumberbendo, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
"Di sini memang sentranya Porang sejak dahulu turun temurun. Daerah di Madiun kebanyakan dari sini ngambilnya," terang salah satu petani, Karno (40), kepada detikcom, Sabtu (22/2/2020).
Karno mengaku bahwa Paidi adalah salah satu teman yang belajar ke dirinya. Dirinya mengerti tanaman Porang sejak masih kecil saat membantu orang tuanya bertanam porang.
"Sejak SD saya sudah bergelut dengan tanaman porang dan tahu seluk beluknya. Pak Paidi juga dari sini belajarnya sampai jadi milyarder katanya," katanya.
"Saat itu sekitar tahun 80-an, harga Porang masih Rp 300 per kg. Desa sini memang banyak porangnya, ditanam di lahan perhutani. Mayoritas petaninya disini tanam porang," imbuh Karno.
Kepala Desa Sumberbendo Kecamatan Saradan, Suprapto juga mengakui bahwa desanya memang mayoritas petani petanam porang. Suprapto mengaku jumlah petani di desanya mencapai sekitar dua ribu dan 90 persen bercocok tanam porang.
"Kalau di sini jangan diragukan. Ada dua ribuan petani porang di desa saya (Desa Sumberbendo). Mayoritas 90 persen petani porang. Jadi di sini tidak heran dengan porang," jelas Suprapto.
Dikatakan Suprapto, untuk luas lahan porang yang ada di desanya saat ini telah mencapai sekitar 640 hektar. Jumlah itu belum termasuk di luar desanya yang juga garapan petani warganya dengan total seluruhnya 1.200 hektare.
"Kalau total lahan yang ada di desa ini ada kalau 640 hektare. Itu belum termasuk yang digarap petani saya yang di luar desa, karena sebagian wilayah perhutani itu masuk desa lain tapi yang garap warga saya. Total sekitar 1.200 hektare," ungkapnya.
Petani porang yang ada di desa Sumberbendo, menurut Suprapto, memang menggarap lahan perhutani dan sudah ada kesepakatan. Para petanipun, setiap hari ke ladang porang yang sudah menjadi rutinitas.
Foto: Sugeng Harianto |
"Setiap hari biasanya desa sepi pada ke lahan lengkap suami istri, merawat porang mencabuti rumput dan juga mencangkul tanah yang padat agar gembur," ujar Suprapto.
Pantauan detikcom, para petani porang tampak lalu lalang di jalan setapak menuju hutan dengan mengendarai sepeda motor. Petani menyebut lahan hutan itu dengan istilah mbaon.
Di sepanjang jalan setapak, saat detikcom ikut masuk tampak tanaman porang yang sangat subur. Dengan kondisi jalan yang berlumpur karena musim hujan, harus ekstra hati-hati.
Untuk menuju desa Sumberbendo, dari jalan Raya Madiun Surabaya, pos polisi Lemahabang masuk ke utara sekitar 10 km. Di sepanjang jalan beraspal, kanan dan kiri pinggir hutan menuju Desa Sumberbendo juga tampak tumbuhan Porang. Bahkan jarak tanaman Porang dengan aspal hanya sekitar 3 sampai 4 meter.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini