Popularitas buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), naik seiring pemberitaan yang dilakukan di media massa. Situasi ini dilihat memiliki potensi ekonomi.
Toko roti Master Bakery pun membuat roti buaya berkalung ban. Roti ini banyak diincar warga, khususnya di Kota Palu.
"Sejak Oktober 2012 mulai produksi roti buaya. Waktu itu belum ada kalungnya. Nanti adanya buaya beneran di Sungai Palu berkalung ban viral. Karena itu, roti buaya kami kalungi ban juga tapi yang ban bisa makan. Alhamdulillah sangat laku, bahkan cepat habis," kata pemilik toko Abraham atau dikenal Afui saat ditemui di tokonya, Jalan Guru Tua Kalukubula, Sulteng, Rabu (19/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, harga roti bervariasi, tergantung besar ukuran. Mereka hendak membuat roti buaya berkalung ban berukuran 1 meter.
![]() |
"Kalau yang besar Rp 80 ribu, yang kecil Rp 7.000. Isinya saat ini hanya 1 macam, yaitu baru cokelat," tuturnya.
Buaya berkalung ban kembali menarik perhatian publik setelah BKSDA Sulteng menggelar sayembara untuk melepas ban dari leher buaya yang ada di Sungai Palu. Perhatian publik tertarik karena buaya yang panjangnya sekitar 4 meter itu terlilit ban motor bekas sejak sekitar 2016.
Setelah itu, buaya berkalung ban ini semakin menjadi perhatian setelah ahli reptil asal Australia Matt Wright dan Chris Wilson bergabung dalam tim penyelamatan. Saat ini kedua WNA tersebut sudah kembali ke Australia. Sementara itu, tim BKSDA Sulteng terus melakukan pencarian.
Tonton juga BKSDA Sultra Evakuasi Buaya Pemangsa Warga :
(jbr/jbr)