Yogyakarta -
Ketika menghadiri peresmian Stadion Manahan, Solo, tadi malam, Gibran Rakabuming Raka dan Achmad Purnomo terlihat sempat berbisik-bisik. Lantas, kira-kira mereka berbisik tentang apa?
Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi, menyebut bisik-bisik tersebut bisa berupa bentuk komunikasi negosiasi. Gibran dan Purnomo memang rival untuk memenangkan surat rekomendasi. Namun, menurut Arya, hal ini menunjukkan adanya keterbukaan antara Gibran dan Purnomo.
"Mereka bersaing bukan untuk memenangkan pemilih, tetapi untuk memenangkan surat rekomendasi. Jika ada dua orang yang memperebutkan kepentingan elit bertemu, berarti ada keterbukaan komunikasi di antara mereka," ujar Arya saat dihubungi detikcom, Minggu (16/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya menilai, negosiasi yang dibuka Gibran dan Purnomo ini bisa jadi akan berakhir antiklimaks. Alih-alih bertarung dan menjatuhkan, akhirnya bisa jadi membahagiakan bagi keduanya.
"Adanya hal ini (komunikasi Gibran-Purnomo) menunjukkan mereka sedang membuka negosiasi. Jika kita membayangkan rivalitas Gibran dan Purnomo di internal PDIP, akan ada akhir yang antiklimaks, akhir yang membahagiakan keduanya," terang Arya.
Tonton juga video Gibran atau Purnomo di Pilwalkot Solo? PDIP: Tunggu Akhir Maret:
Arya turut memaparkan, jika ada negosiasi terbuka, artinya ada proses mengambil dan memberi. Dalam konteks perebutan surat rekomendasi, setelah salah satu mendapatkan surat rekomendasi, tentu rivalnya harus mendapatkan imbalan atas kekalahannya.
"Dalam konteks ini, ada yang ambil dan memberi. Jika salah satu sudah dapat surat rekomendasi, salah satu harus mendapatkan hasil pula. Sebab, dia sudah mengalah. Misalnya, ada jabatan politik yang disiapkan ataupun kebutuhan logistik. Ini adalah hal yang lumrah," papar dosen Fakultas Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada ini.
Ia juga mengatakan, komunikasi antara dua pihak ini harus dibangun. Sebab, jika tidak, keduanya akan saling menghancurkan. Bahkan, ia menambahkan, DPP PDIP telah mengimbau untuk tidak memunculkan konflik sesama simpatisan PDIP di Solo.
"Yang saya tangkap, bahkan DPP PDIP meminta PDIP Solo segera menyelesaikan rekomendasinya sehingga tidak memunculkan konfilk horisontal simpatisan. Maka, komunikasi harus dilakukan. Kalau tidak, bisa menghancurkan," tambah Arya.
Di akhir percakapan, ia menegaskan, negosiasi yang dilakukan memang bukan untuk mencari pemilih, melainkan untuk kepentingan surat rekomendasi untuk maju menjadi Walikota Solo. Menurutnya, memang ada kemungkinan negosiasi digunakan untuk menindaklanjuti surat rekomendasi.
"Hal seperti ini perlu negosiasi. Sebab, ini penting untuk menjaga solidaritas PDIP di Solo," tutup Arya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini