Kerajaan Galuh Picu Perseteruan Ridwan Saidi vs Warga Ciamis

Round-up

Kerajaan Galuh Picu Perseteruan Ridwan Saidi vs Warga Ciamis

Dadang Hermansyah - detikNews
Jumat, 14 Feb 2020 07:26 WIB
budayawan Betawi Ridwan Saidi
Foto: Ari Saputra
Ciamis -

Budayawan Betawi Ridwan Saidi menyinggung sejarah Kerajaan Galuh di Ciamis. Dalam channel Youtube Macan Idealis Babe Saidi menyebut Galuh artinya brutal. Selain itu dia juga menyebut bahwa di Ciamis tak ada kerajaan. Sontak ucapan ini mendapat reaksi dari berbagai elemen masyarakat Ciamis.

Dalam video berdurasi 12 menit 31 detik dengan judul 'GEGEER !! TERNYATA KERAJAAN KERAJAAN DI INDONESIA SANGAT DITAKUTI DI DUNIA' itu Ridwan Saidi bersama Vasco Ruseimy tengah berbincang mengenai sejarah Indonesia yang diunggah 12 Februari 2020.

Vasco awalnya menanyakan kepada Ridwan Saidi terkait hubungan antara Sunda dan Jawa. Bahkan kata Vasco di Jawa Barat tidak ada jalan bernama Hayam Wuruk, Gajah Mada.

"Sejarah orang-orang Sunda orang Jawa bilang, ada ketidak cocokan antara Sunda dan Jawa ini terjadi sampai kan di wilayah Jawa Barat ini tidak ada nama Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada. Ini ada semacam ketidak cocokan," tanya Vasco.

Mendapat pertanyaan itu, Ridwan mencoba memberi penjelasan mengenai sejarah terkait kerajaan di Ciamis. Dia menilai di Ciamis itu tidak ada kerajaan. Pasalnya, kata Ridwan, salah satu indikator adanya sebuah kerajaan bisa terlihat dari perekonomian.

"Saya mohon maaf dengan saudara dari Ciamis. Di Ciamis itu enggak ada kerajaan, karena indikator eksistensi kerajaan itu adalah indikator ekonomi, Ciamis penghasilannya apa? Pelabuhannya kan di selatan bukan pelabuhan niaga, sama dengan pelabuhan kita di Teluk Bayur, bagaimana membiayai kerajaan," ucap Ridwan.

"Lalu diceritakanlah ada raja Sunda Galuh. Sunda galuh saya kira agak keliru penamaan itu, karena galuh artinya brutal, jadi saya yakin tidak ada peristiwa Diah Pitaloka, wanita dari Sunda Galuh itu dipanggul-panggul dibawa ke Hayam Wuruk untuk dikawinin. Itu yang dikatakan perang bubat, sedangkan bubat itu artinya lapang olahraga bukan nama tempat. Jadi di bubat yang mana dia perang. Juga di Indonesia tidak ada adat perempuan mau kawin dijunjung-junjung dianterin ke rumah lelaki itu kagak ada, itu tidak Indonesia," jawab Babe Saidi.


Pernyataan Ridwan Saidi itu mendapat respons dari berbagai kalangan di Kabupaten Ciamis. Akademisi, budayawan para tokoh, para kabuyutan dan Pemda Ciamis melakukan pertemuan dan menyatakan sikap terhadap ucapan Ridwan Saidi.

Dalam pernyataan sikapnya itu, mereka tidak terima ucapan Ridwan Saidi terkait dengan Ciamis tidak ada kerajaan karena indikator ekonomi. Pihaknya juga kami tidak menerima Ridwan Saidi menyatakan nama Galuh itu diartikan brutal. Padahal Galuh itu adalah Galeuh berarti hati yang terdalam.

"Tidak menerima pernyataan Ridwan Saidi tentang prasasti dikatakan palsu. Dengan demikian kami minta Ridwan Saidi dalam waktu 2x24 jam datang ke Ciamis untuk membuktikan semua omongannya, prasasti di sini banyak," ujar Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis yang juga Rektor Universitas Galuh Yat Rospia Brata.

Yat juga menegaskan apabila Ridwan Saidi tak datang dalam batas waktu yang ditentukan, semua elemen di Ciamis akan melaporkan persoalan ini kepada pihak berwajib.

"Jika tidak datang kami akan melaporkan persoalan ini kepada pihak yang berwajib," tegasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tonton juga video Membuka Selubung Keraton Agung Sejagat:


Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Ciamis Erwan Darmawan menyatakan secara pribadi merasa sedih atas ucapan galuh diartikan brutal. Namun ia meminta kepada masyarakat Ciamis untuk menahan diri. Ia mengajak masyarakat untuk bersama membuktikan bahwa Galuh itu bukan berarti brutal.

"Mari buktikan sama-sama bahwa Galuh itu bukan berarti brutal, Galuh itu memiliki hati. Pak Bupati Ciamis mengetahui tapi tidak bisa hadir karena sedang dinas keluar daerah bersama Pak Gubernur," ucap Erwan.


Budayawan Ciamis Aip Saripudin mengaku kaget dengan pernyataan Babe Saidi. Menurutnya, bukti sejarah galuh dengan data yang valid. Salah satu bukti adanya Situs Ciung Wanara Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing yang merupakan bekas Kerajaan Galuh. Juga Situs Astana Gede Kawali tempat beberapa prasasti ditemukan.

"Bukti-bukti yang ada di Ciamis sudah diakui oleh para peneliti, karena itu pendapat beliau ini sangat tidak patut untuk disampaikan," kata Aip.

Sementara itu, Ridwan Saidi mengaku tidak bermaksud untuk mencemooh sejarah di Ciamis. Ridwan justru mengajak melakukan penelitian terkait sejarah Sunda Galuh.

"Saya enggak punya niatan lain, anak Betawi saya kritik abis-abisan. Ane gak ada pamaksadan nu aneh-aneh enggak ada (saya tidak bermaksud yang aneh-aneh tidak ada)," ucapnya, saat dihubungi, Kamis (13/2/2020).

Dalam kesempatan itu, dia mencoba memberi penjelasan terkait arti kata Galuh. Menurutnya Galuh itu berasal dari bahasa Armenia yang berarti brutal.

"Bukan dari saya, masa ngarang, saya enggak bisa ngarang-ngarang dong, yang bener aje," ucap Babe Saidi.

Ridwan Saidi menyatakan kesiapannya untuk datang ke Ciamis. Namun ia meminta adanya sponsor atas kedatangannya ke Ciamis.

"Ya gapapa datang ke Ciamis, cuma yang sponsori siapa, masa saya ongkos sendiri. Minta dong ke Bupatinya, kan yang berkepentingan. Masa saya ngucruk-ngucruk sendiri ke sono," ujar Ridwan Saidi.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads