Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Wiji Lestariono mengatakan pemantauan terhadap puluhan mahasiswa tersebut melibatkan puskesmas- puskesmas tempat para mahasiswa itu berasal.
Menurut Wiji, dalam pemantauan itu tim medis juga akan memeriksa kesehatan para mahasiswa, terutama suhu badan. Sebab ciri-ciri, utama kejala virus corona itu salah satunya suhu badan yang cukup tinggi.
"Tentu kami lakukan surveillance terhadap mereka. Adapun mereka sudah sampai di Banyuwangi itu tentunya sudah melalui pemeriksaan, tapi tetap kita lakukan surveillance ke depan. Nanti 23 itu pasti tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Kita akan lakukan surveillance di puskesmas masing-masing. Jadi kira-kira nanti mahaiswa itu akan dipantau terus oleh puskesmas," kata Wiji Lestariono kepada wartawan, Senin (10/2/2020).
Pria yang biasa dipanggil Rio ini menambahkan, meski puluhan mahasiswa itu, tidak menempuh pendidikan di kota Wuhan, akan tetapi kebijakan Kementerian Kesehatan. Seluruh masyarakat Indonesia yang datang dari Tiongkok, harus mendapatkan penanganan kesehatan. Kata dia, pihaknya juga akan berkordinasi dengan RSUD Blambangan, Banyuwangi apakah mereka perlu diobservasi atau tidak.
"Kami akan koordinasi dengan RSUD Blambangan," pungkasnya.
Sebelumnya, Informasi yang beredar, sebanyak 23 mahasiswa asal Banyuwangi, yang sedang menempuh pendidikan di Tiongkok, memilih pulang ke daerahnya. Mereka memutuskan untuk menunda studinya di Tingkok akibat adanya virus corona. Mereka balik ke Indonesia dengan biaya pribadi karena desakan orang tuanya yang khawatir akan bahaya virus yang mematikan tersebut. (iwd/iwd)