Wajah para pembakar paspor hijau dari video ISIS yang kembali jadi perbincangan mayoritas anak-anak, diduga ada yang dari Indonesia. Setelah menolak rencana pemulangan WNI eks ISIS, bagaimana sikap Presiden Joko Widodo terkait isu anak-anak eks ISIS?
"Setahu saya Presiden belum memberikan pernyataan yang spesifik terkait dengan anak-anak," kata Stafsus Presiden Jokowi, Dini Shanti Purwono, saat dihubungi, Senin (10/2/2020).
Dini mengatakan isu nasib WNI eks ISIS anak-anak bakal dibahas lebih mendalam dalam forum resmi pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir isu anak-anak ini adalah salah satu hal yang akan dibahas lebih lanjut dalam ratas," kata Dini.
Berita soal pembakaran paspor oleh ISIS mengemuka pada Mei 2016 silam. Saat itu, ada video yang menayangkan sejumlah anak berlatih menembak dan berperang. Anak-anak itu diduga ada yang berasal dari Indonesia.
Kapolri saat itu, Jenderal Badrodin Haiti, menengarai anak-anak itu adalah gabungan dari anak-anak Asia Tenggara alias serumpun.
Peristiwa pembakaran paspor Indonesia ini lalu menjadi argumen penolakan terhadap pulangnya eks ISIS ke Tanah Air. Argumen ini dikemukakan salah satunya oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menolak eks ISIS kembali ke Jawa Tengah.
"Jateng punya program khusus untuk deradikalisasi. Tapi yang di luar negeri itu jelas bukan tanggung jawab kami. Apalagi mereka sudah dengan sengaja membakar paspor WNI," tegas Ganjar melalui pesan singkat kepada wartawan di Semarang, Jumat (7/2).
Untuk diketahui, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius telah menyampaikan ada 600-an WNI eks ISIS yang kini mengungsi di Suriah, yakni di kamp AL Roj, Al Hol, dan Ainisa. Banyak di antara mereka yang sama sekali bukan petempur, melainkan anak-anak kecil.
Menag Lepas Wacana Pemulangan WNI Eks ISIS ke Menko Polhukam:
(gbr/isa)