Ternyata ahli waris mengaku belum pernah diajak bicara tentang pembangunan landmark tersebut. Karena itu para ahli waris tidak suka dengan landmark itu.
"Sejauh ini kami ndak pernah dilibatkan sama sekali. Lebih pantasnya, sebelum membangun paling ndak kan kulo nuwun," ujar salah satu ahli waris rumah Gajah Mungkur, Akhmad Khoiri, kepada detikcom, Senin (10/2/2020).
Khoiri mengaku tidak mempermasalahkan desain patung gajah yang lucu. Khoiri hanya mempermasalahkan pembangunan landmark tersebut yang tidak minta izin ke pihak keluarga.
![]() |
"Ndak terkait desain, tapi terkait boleh apa tidak untuk landmark. Belum ada konfirmasi apapun. Awalnya kami gak tau, trus ujug-ujug (tiba-tiba) ada pembuatan patung itu," kata Khoiri.
Khoiri terus mempertanyakan pembangunan landmark tersebut karena hingga landmark itu selesai pun, tak ada perwakilan dari Pemkab Gresik yang datang ke ahli waris rumah Gajah Mungkur.
"Mereka kan alasannya pingin memperkenalkan cagar budaya di Gresik. Kami ndak pateken (peduli)," lanjut Khoiri.
Bahkan Khoiri meminta agar landmark tersebut dibongkar saja karena sejak dari awal pembangunannya dianggap menyalahi dan tidak mengedepankan etika.
"Harapan kami dibongkar saja. Tak mengedepankan etika dan tak ada itikad baik. Sampai sekarang pun (Pemkab Gresik) asem-adem saja," tukas Khoiri.
Bila harapan landmark tersebut dibongkar, Khoiri menyilakan untuk membangun ikon lain dari Gresik yang lain. "Mau dibangun apa lagi terserah. Damar kurung atau apa terserah," tandas Khoiri. (fat/iwd)