Mendiang Mohammad Natsir tak hanya dikenal sebagai seorang politisi yang cinta tanah air. Ia juga memiliki peran dalam membangun pendidikan agama Islam di Indonesia. Seperti apa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dosen Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta Mohammad Noer mengatakan, kepedulian Mohammad Natsir terhadap pendidikan Islam bahkan muncul sejak remaja. Pada suatu hari, dia merasa kecewa karena banyak anak muda yang menghina agama Islam.
Namun, pria kelahiran Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatra Barat, 17 Juli 1908 itu tak lantas menyalahkan para pemuda-pemuda yang menghina Islam tersebut. Apalagi diketahui bahwa mereka sangat minim pendidikan tentang agama.
"Dia kecewa saat masih sekolah di Bandung. Banyak pemuda nggak punya pendidikan agama, mengejek-ejak islam. Pak Natsir berpikir ini bukan salah mereka tapi ada masalah pendidikan (agama Islam) yang tidak diterima," kata Mohammad Noer dalam Bedah Buku 'Mohammad Natsir' oleh Parmusi di Kuningan, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Menurut Mohammad Noer, Natsir kemudian mengajak kawan-kawannya membuka kursus pendidikan agama Islam di Bandung. Namun rupanya niat tersebut tak semudah yang dibayangkan. Lembaga kursus yang dia dirikan dianggap sebagai pendidikan liar.
Apalagi ketika itu, pendidikan agama hanya bisa diperoleh di sekolah khusus. Sebaliknya, pendidikan umum hanya bisa diperoleh di sekolah khusus sehingga tak ada di sebuah pesantren.
"Setelah itu (Natsir) bersama kawan membuka pendidikan Islam. Itu ketika Jepang masuk pendidikan Islam juga dianggap sebagai pendidikan liar," papar Noer.
Kesempatan Mohammad Natsir mengembangkan pendidikan Islam terbuka saat Presiden Sukarno memintanya menjadi salah satu menteri di kabinet. Kesempatan itu pun dia manfaatkan dengan mendorong dibuatnya kurikulum agama Islam.
"Saat ia menjadi menteri, dia memanggil dua menteri yakni pendidikan dan agama untuk membuat MoU mengenai pendidikan agama. Jadi asumsi saya Pak Natsir jadi orang pertama yang mencairkan kurikulum di dua lembaga itu," jelasnya.
Setelah ia tak lagi menjabat pun, Mohammad Natsir diketahui tetap mendorong perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Ia bersama teman-temannya mengecek setiap buku pelajaran yang dianggap menyimpang dari Islam.
"Setelah gak jadi menteri, Pak Natsir juga bersama kawan-kawan mengamati buku-buku pelajaran yang dikeluarkan, ada yang menyimpang dari Islam. Maka bersama kawan protes ke DPR berjuang agar buku itu dicabut," tutup dia.
(pay/erd)