"Saya mengucapkan terima kasih kepada media tentu ada plus-minusnya. Saya berharap bahwa apa yang terjadi ini adalah hikmah dari kegiatan yang tentu saja membawa Kabupaten Purworejo lebih dikenal di seantero jagat. Ini bagi kami merupakan nilai positif," kata Agus kepada wartawan di Purworejo, Sabtu (18/1/2020).
Agus pun angkat bicara soal kirab yang dilakukan Keraton Agung Sejagat, Jumat (10/1) lalu. Agus berharap kegiatan kirab berkuda Raja-Ratu Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia itu dianggap sebagai kegiatan pawai budaya.
"Saya kira dibalik kontroversi Kerajaan Agung Sejagat, Pemerintah Daerah Purworejo hanya menanggapi bahwa kegiatan itu pada tanggal 10, hari Jumat itu adalah kegiatan nguri-uri (melestarikan) budaya. Kami melihat kegiatan itu mudah-mudahan menginspirasi bagi warga masyarakat Purworejo dalam rangka untuk nguri-uri budaya dan tentunya apa yang telah dibuat menjadikan bahan sebagai untuk membentuk destinasi budaya di Kabupaten Purworejo," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Agus menilai tak ada yang salah dengan kirab Keraton Agung Sejagat itu. Dia pun berharap kirab itu bisa menginspirasi masyarakat Purworejo untuk menyambut kunjungan wisatawan ke kotanya.
"Kalau ternyata di dalam ada sesuatu hal yang berkaitan dengan hukum, maka saya melihat bahwa jika tidak melakukan hal-hal penyimpangan saya kira itu merupakan suatu hal yang baik dan kegiatan ini menginspirasi warga masyarakat Kabupaten Purworejo untuk terus mengali potensi budaya yang ada di Kabupaten Purworejo disuguhkan kepada para wisatawan," tuturnya.
Hingga saat ini areal Keraton Agung Sejagat di Dusun Pogung, Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo masih ramai dikunjungi wisatawan. Masih banyak warga yang penasaran dan mengunjungi areal keraton tersebut. Lokasi keraton yang ramai itu menjadi pasar tiban yang didatangi banyak pedagang. (ams/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini