Kegiatan ini diapresiasi Pemkab Banyuwangi sebagai bentuk pendidikan karakter untuk sesama. Para siswa memasukkan uang ke kardus yang dibawa pengurus di pintu gerbang sekolah. Selain itu, ada pula pengurus dari siswa yang berkeliling di ruang kelas dan ruang guru.
"Tidak hanya para siswa, para guru dan saya juga sebagai kepala sekolah menyisihkan uang untuk korban banjir," ujar Mariyat kepada wartawan, Rabu (8/1/2020).
Gerakan Infak Peduli Korban Banjir Jabotabek ini, kata Mariyat, sebagai pendidikan karakter siswa agar lebih peduli dengan sesama. "Selain praktik, ini juga memberikan pelajaran manajemen penyaluran bantuan. Sebab kami serahkan kepada siswa untuk menyalurkan sendiri ke lembaga amal yang bisa mengirimkan bantuan ini ke korban di Jabotabek," pungkasnya.
Simak video Satu-Satunya di Indonesia! Mobil Anti Banjir Karya Anak Bangsa:
Ketu OSIS SMPN 1 Wongsorejo Septeva Salsabela menambahkan, total nominal uang yang dikumpulkan Gerakan Infak Peduli Korban Banjir Jabotabek mencapai Rp 1,7 juta. Bantuan ini kemudian akan disalurkan ke PGRI dan LMI (Lembaga Manajemen Infak).
"Kami belajar bagaimana bantuan itu tersalurkan sesuai dengan sasaran. PGRI kami percaya akan menggelar kegiatan yang sama. Sementara LMI juga memberikan pelajaran bagi kami bagaimana belajar manajemen penyaluran bantuan itu," tambah siswi yang biasa dipanggil Sasa ini.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Suratno mengapresiasi kegiatan yang di gelar SMPN 1 Wongsorejo. Kegiatan ini menjadi sebuah kegiatan tambahan untuk membentuk karakter siswa yang peduli terhadap sesama.
"Pendidikan tak hanya tentang matematika, Bahasa Indonesia atau pun yang lain. Namun pendidikan karakter juga sangat dibutuhkan. Untuk mendidik siswa untuk peduli. Ini bukan pungli. Tapi ini sebagai bentuk kesadaran siswa dalam membantu sesama," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini