"Serangan itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Irak," tegas Kementerian Luar Negeri Irak dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Senin (6/1/2020).
Ditegaskan juga oleh Kementerian Luar Negeri Irak bahwa serangan AS yang dilancarkan di wilayah Baghdad pada Jumat (3/1) lalu 'bertentangan dengan misi koalisi internasional yang disepakati sebelumnya'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan drone militer AS yang dilancarkan di luar kompleks Bandara Internasional Baghdad, pekan lalu, menewaskan lima personel Garda Revolusi Iran dan lima anggota milisi Hashed al-Shaabi yang pro-Iran.
Terdapat Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani dan tokoh militer Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, yang merupakan wakil komandan milisi Hashed al-Shaabi, di antara korban tewas akibat serangan AS itu.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengakui bahwa serangan drone itu diperintahkan oleh Presiden Donald Trump dengan tujuan 'melindungi personel AS di luar negeri'. Trump dalam pernyataannya mengklaim Soleimani tengah merencanakan 'serangan besar dan segera' terhadap personel AS di kawasan.
Tidak hanya itu, dalam pernyataan terbaru, Trump mengancam balik Iran bahwa AS akan menyerang 52 lokasi 'yang penting bagi Iran dan bagi kebudayaan Iran' jika ada personel atau aset AS yang diserang oleh Iran.
Halaman
1
(nvc/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini