"Katanya udah surut, tapi jangan pada pulang dulu. Takutnya ada (banjir) kiriman. Takutnya (air) tinggi lagi, datang lagi," kata salah satu warga Pengadegan, Suimin, di pengungsian Gelanggang Remaja Kecamatan Pancoran, Jalan Pengadegan Timur, Jakarta Selatan, Jumat (3/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diamanin dulu. Takut, aku lagi sakit, gemeteran gitu. Alhamdulillah, kalau soal makan, minum, ada air panas, apa maunya ada (di pengungsian). Nggak terlantar, nggak kelaparan. Itu bu dokter keliling terus juga," ujarnya.
Suimin mengaku akan menunggu perintah dari Lurah setempat untuk kembali ke rumah. Suimin ingin mengurus kembali surat-surat dan dokumen penting miliknya yang terendam banjir.
"Pulangnya nanti Pak Lurah tadi gimana ya. Ini tanggung jawabnya Pak Lurah, kita warga kan tanggung jawabnya Pak Lurah. Boleh pulang ya pulang, kalau perintah Pak Lurah jadinya udah aman gitu lho," ucapnya.
Pengungsian di Pengadegan sendiri dihuni sekitar 500 pengungsi, yang di antaranya banyak lansia dan anak-anak. Mereka tidur beralaskan kasur dan karpet di lantai gelanggang.
Di depan bangunan utama, terdapat tenda dari Dinas Sosial DKI Jakarta. Ada pula dapur umum yang menyediakan kebutuhan untuk para pengungsi.
Salah satu warga, Komalasari, mengatakan lokasi pengungsian yang ditempatinya cukup memadai. Namun, ia mengaku masih membutuhkan selimut karena saat malam hari cuaca sangat dingin.
"Fasilitas lengkap, Alhamdulillah cukup. Anak-anak aman, ada dokter, bantuan alhamdulillah di sini ada terus. Cuma masih butuh selimut, dingin," kata Komalasari.
Komalasari sendiri sudah berada di pengungsian sejak Rabu (1/1) lalu. Ia bergegas ke pengungsian karena takut banjir segera merendam rumahnya sambil menyelamatkan barang-barang.
"Kita buru-buru ke sini, selametin barang-barang yang bisa. Ada yang sempet ditaruh ke lantai atas, sisanya dibawa yang penting-penting, kayak surat-surat, ijazah," ujar Komalasari.
Halaman 2 dari 1
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini