Peristiwa penganiayaan itu terjadi pada Senin (30/12/2019). Korban dipukuli di Jalan Andi Tonro, Gowa, Sulsel. Aksi penganiayaan ini pun viral di media sosial dalam format video.
Sebelum dianiaya, Hasrul mengaku sudah mengenal watak pengantar jenazah yang kerap melakukan aksi premanisme di jalanan. Saat tahu ada ambulans pengantar jenazah yang dikawal sejumlah pengendara motor, dia langsung berusaha menepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma saat itu jalan macet, kemudian ada rombongannya itu beberapa motor lewat di sampingku, dia suruh minggir (dengan cara memaki)," ujar Hasrul, kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).
Lantaran dimaki, Hasrul tersulut emosi. Dia membalas makian itu dengan meminta para pengantar jenazah untuk sabar dengan nada tinggi.
"Spontan besar juga suaraku, bilangi juga sabar ko. Tidak kusangka-sangka ada lompat dari samping pukul kepalaku," kata Hasrul.
Saat ada yang memukul, sejumlah pengantar jenazah lainnya diduga terprovokasi dan ikut melakukan hal yang sama. Hasrul pun hanya bisa melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Namun ia tetap menderita sejumlah pukulan.
"Ada 10 sampai 20 kali (kena pukulan). Kira-kira pelaku itu ada 5 orang," ujar Hasrul.
Beruntung saat itu Hasrul ditolong oleh camat setempat, Agus Salim beserta sejumlah bawahannya yang langsung melerai. Hasrul tak sampai ditarik keluar mobil untuk kembali dianiaya lantaran para pelaku langsung pergi.
"Saya turun mereka sudah bubar. Tapi hidungku berdarah memang. Masih ada bercak-bercak darahnya itu di baju. Memar juga wajahku," ujar Hasrul.
Kini Hasrul meminta polisi mengusut tuntas kasus tersebut lantaran tidak kejadian itu terulang.
"Supaya ada jerat ke pelaku. Karena saya Sempat tidak masuk kerja satu setengah hari karena kasus itu," katanya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini