Kepala BNN Banten Brigjen Tantan Sulistiyana menjelaskan, bidang rehabilitasi BNN melakukan pelayanan bagi 111 orang. Dari jumlah itu, mayoritas adalah mereka yang berumur 18-35 tahun dan 55 orang di antaranya merupakan pelajar.
"Yang rawat jalan banyak menggunakan obat-obatan keras yang dia gunakan untuk narkotika, seperti obat penenang, kemudian obat batuk yang dosisnya over. Mereka menggunakan obat-obatan seperti tramadol dan eksimer," kata Tantan dalam rilis kepada wartawan di BNN Banten, Jl Syekh Nawawi Al Bantani, Serang, Senin (30/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Narkotika atau obat-obatan keras jenis ini, menurutnya, perlu monitoring lebih ketat oleh penegak hukum. Sebab, jenis seperti tramadol dan eksimer bisa didapat dari luar apotek secara bebas.
Dari 111 orang yang melakukan rehabilitasi, catatan BNN 74 orang adalah sukarela, sisanya merupakan operasi yang dilakukan BNN dan kepolisian. Sedangkan yang paling banyak digunakan adalah jenis sabu 51 orang, ekstasi 1 orang, ganja 15 orang, tembakau gorila 2 orang, serta tramadol dan eksimer 61 orang.
Tantan melanjutkan, pada 2019, BNN Banten telah mengungkap 6 kasus dengan 16 tersangka. Dari pengungkapan ini, total 15,8 kilogram sabu disita dan 150 kilogram ganja.
Ia menjelaskan, meski 2019 pengungkapan kasus lebih sedikit dari tahun sebelumnya sebanyak 13 kasus, tahun ini lebih banyak barang bukti yang diamankan. Selain itu, pengungkapan pada 2019 berhasil menangkap jaringan internasional dari Malaysia yang diungkap pada Maret atas tersangka HP dan M dan 10 kilogram sabu. (bri/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini