- Pasar Johar Semarang rampung diperbaiki pascakebakaran besar tahun 2015 lalu dan dikunjungi Presiden Joko Widodo hari ini. Berawal dari pedagang di bawah pohon, pasar itu konon pernah jadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Dibangun oleh arsitek ahli bernama Ir Thomas Karsten. Bangunan tersebut dibangun untuk menampung para pedagang yang berjualan di bawah Pohon Djohar yang ada di sekitar Alun-alun sejak 1865.
Dalam buku karya Sejarawan Kota Semarang, Jongkie Tio berjudul Kota Semarang Dalam Kenangan disebutkan tahun 1920 Pemerintah Belanda membangun los pedagang di sana dan kemudian dibangun Pasar Johar bertingkat dua oleh Karsten dan diresmikan 9 Juni 1939.
"Pasar (los) itu diperluas lagi dengan bangunan permanen bertingkat dua yang dikerjakan Ir. Thomas Karsten, selesai tahun 1939," tulis Jongkie Tio dalam bukunya.
Pasar Johar menjadi pendukung pasar kecil di sekitarnya yaitu Pasar Pedamaran yang menjual bahan membatik. Namun pasar itu makin lama makin padat dengan berbagai jenis dagangan hingga merembet hingga alun-alun diputuskan dibangun Pasar Johar.
Arsitek dan tim ahli cagar budaya, Widya Wijayanti pasca kebakaran Pasar Johar tahun 2015 lalu menyebut bangunan itu merupakan masterpiece Karsten karena didesain dan dibangun dengan teliti. Karsten bahkan menyematkan desain khas bernama Cendawan, yaitu pilar yang menopang atap Pasar Johar berbentuk jamur atau payung.
"Jadi Karsten itu mendesain tidak asal desain, mikir dia. Dia studi binatang sehingga tidak ada burung yang bersarang, sehingga dibuat atapnya halus dan rata," kata Widya saat itu.
Struktur cendawan dan peninggian atap di Pasar Johar tidak hanya didesain Karsten untuk mempercantik tampilan pasar. Pilar yang menjulang tinggi hingga atap dimaksudkan untuk memberi ruang sirkulasi udara yang luas, bahkan lantai dua pasar sengaja berada di bagian pinggir saja.
Pasar Johar Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom |
Sedangkan peninggian atap, dimaksudkan sebagai masuknya cahaya matahari dari sela-sela atap. Selain itu pemilihan kualitas beton juga dipertimbangkan Karsten untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran. Dari penelitian yang dilakukan tim dari Unika tahun 2006, mutu beton adalah K400 atau berkekuatan tekan 400kg/m2, sedangkan bangunan-bangunan baru sekarang tidak ada yang menggunakan beton sekuat itu.
"Memang itu untuk antisipasi kebakaran. Beton melindungi pemuaian besi saat terbakar. Sebenarnya Johar ideal sekali, karena interiornya terbuka, ada jalan untuk keluar api, hanya saja pemanfaatannya kurang baik," terang mantan dosen Arsitek Undip itu.
Di Semarang Karsten tidak hanya membangun Pasar Johar, ada juga Pasar Jatingaleh dan Pasar Randusari yang memiliki desain Cendawan. Kemudian Bangunan-bangunan lainnya yang dirancang oleh Karsten di antaranya Kantor KAI Daop IV Semarang di Jalan Thamrin, Pendopo Sobokarti, kemudian di Surakarta ada Pasar Gede, stasiun Balapan Solo, Menara Air Magelang, Lapangan Monas Jakarta, dan masih banyak lagi termasuk di luar Jawa.
Tragedi terjadi 9 Mei 2015 malam. Saat itu bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya itu luluh lantah dilahap si jago merah. Barang dagangan dan kios terbakar, namun pondasi dan bentuk bangunan karya Karsten masih berdiri.
Upaya revitalisasi Pasar Johar diusahakan Pemkot Semarang hingga akhirnya negara ikut turun tangan. Pemerintah pusat menggelontorkan APBN senilai Rp 146 miliar dengan masa pengerjaan tahun 2018-2019.
"Sudah siap dioperasikan, cuman beliau (Wali Kota) lagi kesulitan memilih pedagang mana, siapa berhak masuk ke sini dulu. Ini harus berkomunikasi, harus mufakat, dengan para pedagang," kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono kemarin.
Kapan Pedagang Bisa Kembali Berdagang di Pasar Johar?
Ada sekitar 2.400-an pedagang di Pasar Johar yang terkena dampak kebakaran. Mereka kemudian di tempatkan di lokasi Pasar Relokasi Johar di dekat Masjid Agung Jawa Tengah selama proses pembangunan.
Menteri Basuki mengatakan meski cagar budaya Johar yang terdiri dari 2 bangunan sudah rampung, mengakomodir pedagang menjadi tugas Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi yang cukup sulit.
"Ini jauh lebih susah daripada mbangun ini. karena bersepakat dengan pedagang ini lebih susah karena itu berhubungan dengan penghidupan," katanya.
Pasar Johar Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom |
Kesulitan tersebut karena sebelum dipakai pedagang harus ada kesepakatan, karena kapasitas sebenarnya hanya 60 persen dari jumlah pedagang yang sebelumnya ada di sana.
"Kembali ke kesepakatan pedagang, pasca kebakaran kan konstruksi tidak sesuai konstruksi yang awal dibangun, kapasitas pedagang tidak bisa penuh. Mau nunggu semua selesai atau 60 persen pindah sisanya nunggu dibangunkan. Menunggu keputusan pedagang. Pedagang menyebut ada 2 opsi, kalau tidak pindah satu tidak pindah semua, ada yang bilang diundi saja sisanya nunggu dibangunkan pak wali 2020," jelas Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu.
Pemerintah Kota Semarang sedang membangun gedung pasar yang masih kawasan pasar Johar. Prosesnya menggandeng Kementerian Perdagangan namun belum selesai.
"Dengan Kementerian Perdagangan tapi belum selesai, kalau nanti pak Presiden memerintahkan saya selesaikan, ya saya selesaikan semua," tegas Menteri PUPR.
Proses kembalinya pedagang ke Pasar Johar memang tidak bisa serta merta setelah bangunan selesai diresmikan. Perlu proses serah terima kemudian rembugan dan mengambil keputusan terbaik untuk para pedagang.
Saat ini bangunan Pasar Johar direvitalisasi mirip seperti aslinya. Pilar Cendawan sudah diperkokoh tanpa merubah bentuk. Uniknya di setiap gedung ada 4 pilar Cendawan yang warnanya dibiarkan seperti aslinya dan bekas terbakar.
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana diagendakan mengunjungi Pasar Johar Semarang pagi ini. Kunjungan ini akan membuka rangkaian agena Jokowi di Semarang lalu berlanjut ke Kendal dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga malam nanti.