Pemuda pemudi beserta pemerintah Desa Wedi menilai festival buah salak bisa menjadi alat untuk menuju desa wisata. Dan kegiatan ini swadaya warga. Terutama salak yang dibagikan ke pengunjung saat festival salak berlangsung.
"Festival itu sebagai salah satu alat untuk mewujudkan desa wisata kami, sehingga setiap tahun kami gelar," kata Ketua Sadar Wisata Desa Wedi, Subhan saat dikonfirmasi di lokasi, Sabtu (21/12/2019).
Pria yang juga Ketua Pokdarwis ini menuturkan, festival salak yang digelar tahun ini digelar yang ke empat kalinya. Festival salak perdana digelar Januari 2017. Kemudian tahun 2018 digelar dua kali. Sebab,festival salak mengacu kalender hijriyah dan bertepatan dengan Haul KH. Basyir Almujtaba, tokoh desa yang menanam salak pertama di Desa Wedi.
Saat digelar tahun 2017, diawali dengan keresahan warga, khususnya petani salak Desa Wedi. Sebab harga salak anjlok. Padahal tahun 1980-an, harga salak Desa Wedi cukup bagus. Bahkan saat itu semua kebutuhan warga ditopang dari berkebun salak.
Berawal dari keresahan itu, pemuda desa yang memiliki rasa balas budi terhadap salak, karena dianggap dari budidaya salak bisa menuntut ilmu, bertekad membuat gebrakan. Yakni, Festival Salak Wedi.
![]() |
"Alhamdulillah, dari festival setiap tahun, harga salak mulai bagus. Mulai banyak wisatawan datang ke desa membeli salak," ucap Subhan.
Dari pantauan detikcom, ada tiga gunungan salak yang dikirab dari balai desa menuju masjid, lalu kembali dibawa ke balai desa untuk diperebutkan warga dan penonton.
"Ada puluhan ribu salak yang buat tiga gunungan, ini wujud rasa syukur kami," tambah Subhan.
Sementara Bupati Bojonegoro Anna Muawanah yang hadir dalam acara kirab salak memastikan mendukung penuh semangat warga Desa Wedi.
"Ke depan potensi wisata di berbagai tempat di Bojonegoro harus dikolaborasikan. Dan Kami mendukung penuh inovasi desa ini," tegas Bupati Anna. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini