Wiranto Akui Rekayasa Pemilihan OSO Jadi Ketum Hanura

Wiranto Akui Rekayasa Pemilihan OSO Jadi Ketum Hanura

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Rabu, 18 Des 2019 14:49 WIB
Wiranto saat bersama OSO (tengah). (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Wiranto, yang baru saja menyatakan mundur dari Ketua Dewan Pembina (Wanbin) Hanura, meminta Oesman Sapta Odang (OSO) mundur dari posisi ketua umum sesuai dengan kesepakatan. Ia lalu menegaskan kekuasaan Hanura seharusnya ada padanya, bukan OSO.

Saat menggelar jumpa pers soal permintaannya agar OSO mundur dari Ketum Hanura, Wiranto mengisahkan awal mula menyerahkan posisinya kepada OSO. Ia harus mundur dari Ketum Hanura lantaran dipilih Presiden Joko Widodo sebagai Menko Polhukam pada 2016.

"Maka kemudian kita mengadakan satu acara namanya Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) di Bambu Apus. Di sana kita mengundang saudara OSO untuk menjadi salah satu calon yang mengganti saya," ujar Wiranto dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Rabu (18/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Wiranto pun mengakui bahwa dia melakukan rekayasa di Munaslub itu agar OSO terpilih sebagai ketum. Namun ada catatan yang diberikan Wiranto kepada OSO.

"Saya merekayasa, katakanlah memang mudah ketua umum merekayasa, dan saya buat aklamasi maka ketum terpilih OSO. Dengan catatan, nah catatan ini yang saya sampaikan saya akan bicara hati ke hati, bukan rekayasa, bukan bohong. Saksinya ada, Pak Jenderal Subagyo (Subagyo HS) dan Pak Jenderal Chairuddin (Chairuddin Ismail), jadi semua mendengarkan," jelas Wiranto.

Catatan yang dimaksud adalah soal adanya posisi baru di Hanura, meski sebenarnya tidak ada dalam AD/ART, yakni Ketua Dewan Pembina Partai. Menurut Wiranto, kekuasaan di partai yang tadinya di ketum akan dibawa ke ketua dewan pembina, dalam hal ini dirinya.

"Bahwa beliau akan menggantikan saya, semua kekuasaan di ketum dibawa ke ketua dewan pembina, saya diangkat ketua dewan pembina. Jadi, semua kekuasaan yang ada di ketum yang bersifat strategis diangkat ke dewan pembina, (OSO menyatakan) ya setuju," sebutnya.

Selain itu, Wiranto mengungkap soal adanya pakta integritas yang diteken OSO. Ada beberapa poin yang harus dilakukan OSO terkait peningkatan partai dan apabila tidak tercapai, maka ia harus mundur dari posisi ketum.

"Beliau hanya menjabat sebagai ketum janjinya waktu itu hanya sampe 2019, Subgayo ada. Juga ingin tunduk kepada AD/RT, akan menjaga soliditas partai, akan menambah suara di DPR pada pemilu yang akan datang, akan memasukkan temen-temen di DPD untuk menjadi caleg Hanura, paling tidak 36 orang, malah ditambah menjadi 50 orang, Pak Subagyo dengar sendiri," urai Wiranto.

"Kalau sampai itu tidak ditaati, maka saudara OSO sebagai ketum akan secara tulus dan ikhlas tanpa paksaan mengundurkan diri sebagai Ketum Hanura. Nah, komitmen itu dituangkan di dalam namanya pakta integritas, jadi bukan ngarang ya," imbuh Ketua Wantimpres itu.

Di Pemilu 2019, Hanura tak lagi masuk DPR karena tidak mencapai ambang batas parlemen. Untuk itu, Wiranto meminta OSO memenuhi komitmen pakta integritas tersebut.


Wiranto mengatakan sudah menyurati OSO untuk mendapatkan klarifikasi perihal pelaksanaan pakta integritas itu. Namun respons OSO tak sesuai dengan harapan Wiranto.

Kubu OSO sendiri saat ini tengah menggelar Munas, yang sedianya digelar pada 2020. Dalam Munas, OSO terpilih kembali sebagai ketum. Pengurus Hanura yang merupakan loyalis OSO, Inas Nasrullah Zubir sejak beberapa waktu lalu juga sudah meminta Wiranto mundur dari posisi Ketua Wanbin setelah dipilih menjadi wantimpres.
Halaman 2 dari 2
(elz/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads