Pengguna KRL sekaligus pejalan kaki, Ian, mengaku harus berhati-hati saat berjalan kaki untuk keluar-masuk Stasiun Bojonggede. Sebab, katanya, banyak pejalan kaki yang harus berjalan di tengah jalan.
Ian menambahkan pengguna KRL pun sering kesulitan saat keluar-masuk stasiun. Sebab, tidak ada jembatan penyeberangan orang (JPO) atau zebra cross.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pengguna KRL lainnya, Agus, pesimistis trotoar di sekitar Stasiun Bojonggede bisa dibangun. Sebab, menurutnya, lahan untuk membangun trotoar tidak ada.
"Tempatnya nggak ada, sempit (bangun trotoar). Pembebasannya juga susah (bila membangun trotoar)" kata Agus.
Pengguna KRL lainnya, Irvan, mengungkapkan celana dan sepatunya sering basah karena harus berjalan di bahu jalan. Sebab, kata Irvan, pengguna jalan harus berjalan kaki dan berbecek-becekan.
"Iya karena nggak ada trotoar. Tapi saya yakin pemerintah bisa buat trotoar kalau mau. Harus optimistis," ujar Irvan.
Sementara itu, VP Corporate Communications PT KCI Eva Chairunisa mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat.
"Terkait akses menuju Stasiun Bojonggede dalam hal ini PT KAI tetap melakukan kordinasi bersama instansi yang berwenang seperti Pemda dan BPTJ. Konsep tersebut tentunya mengedepankan integrasi antarmoda dan kenyamanan masyarakat beraktivitas," ujar Eva ketika dihubungi.
Pantauan di sekitar Stasiun Bojonggede, pengguna KRL, baik yang keluar maupun masuk stasiun, harus berjalan kaki di pinggir jalan. Terkadang, pejalan kaki terlihat harus berjalan di tengah jalan untuk melintas dengan melewati kendaraan.
Ada sebidang tanah di sisi stasiun yang kerap dipakai pejalan kaki untuk melintas. Namun jalur itu tidaklah panjang dan permukaan tanahnya tidak rata.
Kondisi di sekitar Stasiun Bojonggede pun semrawut. Sebab, banyak angkot dan ojek yang berhenti sembarangan untuk mencari penumpang.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini