Hal ini menyebabkan sebagian orang muda masa kini nyaris kehilangan jati diri ke-Indonesia-annya. Ada indikasi lunturnya jiwa kebangsaan di kalangan orang muda disebabkan sikap dan pola pikir intoleran serta radikalisme sudah menyusup ke satuan pendidikan tingkat dasar hingga atas.
Beberapa waktu lalu, lanjut Bamsoet, 10 perguruan tinggi sudah terpapar radikalisme. Pada pertengahan Juni 2019, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengungkapkan, sekitar 23 persen penduduk Indonesia menolak eksistensi ideologi Pancasila, dan sembilan persen penduduk Indonesia setuju menggunakan kekerasan untuk mendirikan negara khilafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jiwa kebangsaan Indonesia sudah lama terbentuk dan sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Dilandasi spiritualisme dan nasionalisme, lima sila dari Pancasila menjadi pijakan jiwa kebangsaan Indonesia," tutur Bamsoet dalam keterangan tertulis, Senin (16/12/2019).
Bamsoet menambahkan, pada jiwa kebangsaan Indonesia itu mencakup pembangunan dan pembentukan budi pekerti yang baik, perilaku hidup bermasyarakat yang toleran hingga semangat persaudaraan dengan bangsa lain. Dan karenanya, sejak dahulu kala, dunia mengenal keberagaman warga bangsa Indonesia sebagai komunitas masyarakat yang santun dan toleran.
Namun, generasi orang tua masa kini tidak sepenuhnya menurunkan warisan itu kepada anak-cucu atau orang muda Indonesia masa kini, sehingga mereka menjadi sangat mudah untuk menerima ideologi atau ajaran sistem nilai yang diimpor dari tempat lain. Akibatnya memang fatal, karena sebagian orang muda seperti tidak memiliki jiwa kebangsaan Indonesia itu.
"Apa yang terlihat sekarang ini adalah gejala lunturnya jiwa kebangsaan Indonesia itu pada sebagian orang muda. Bahkan ada kelompok yang tidak lagi merasa bangga sebagai orang Indonesia. Semua itu layak dilihat sebagai sebuah kerusakan. Dan, sudah barang tentu kerusakan itu harus diperbaiki," ujar Bamsoet.
Bamsoet juga mengatakan sudah ada momentum untuk melakukan perbaikan atas kerusakan itu, karena dalam lima tahun ke depan, pemerintah akan fokus membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
"Kemendikbud dan Kemenristek pasti fokus mendorong anak didik dan mahasiswa untuk membangun kompetensi. Pilihan ini tidak salah, dan memang sudah seharusnya begitu," tandas Bamsoet.
Namun, karena ada kenyataan bahwa sebagian orang muda nyaris kehilangan jati diri ke-Indonesia-annya, kedua kementerian itu diharapkan bisa menyisipkan kurikulum yang menyentuh pembangunan karakter atau jiwa kebangsaan Indonesia. Dengan pendekatan seperti itu, pondasi NKRI akan semakin kokoh di masa depan
Simak Video "Bamsoet Bicara Usulan Pemberantasan Korupsi Jadi Konstitusi"
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini