Mulanya Ma'ruf Amin menjelaskan 5 program prioritas untuk Indonesia Maju. Dia juga menyinggung NKRI terbentuk dari kesepakatan bersama hingga akhirnya membahas soal khilafah di Indonesia.
"NKRI itu kesepakatan, jangan ada yang bawa pikiran pikiran di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita katakan NKRI sudah final," kata Ma'ruf dalam sambutannya di acara Musyawarah Bersama MUI, DMI, BWI, Baznas, IPHI Provinsi Jawa Tengah di Kompleks Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Jumat (13/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tema yang diangkat dalam musyawarah itu yakni "Soliditas dan Optimalisasi Peran Ormas Islam dalam Menjaga NKRI dan Mengembangkan Arus Baru Ekonomi Indonesia". Ma'ruf lalu menjelaskan soal konsep khilafah yang tidak diterima di Indonesia.
"Bukan ditolak, tapi tertolak. Apa bedanya? Kalau ditolak bisa masuk tapi ditolak. Kalau tertolak tidak bisa masuk karena kita punya kesepakatan, NKRI!" tegasnya.
Meski begitu, Ma'ruf Amin meminta isu soal khilafah ditanggapi secara proporsional. Dia lalu menggunakan istilah perang Baratayuda atau perang besar di Kurusetra.
"Tidak perlu disikapi methentheng (tegang) kayak mau perang Baratayuda. Secara proporsional saja," ujarnya.
Dalam kesempatan itu Ma'ruf Amin juga membahas soal paham intoleran, radikal, dan terorisme. Menurutnya tidak usah ada ego kelompok dan fanatisme kelompok karena hal itulah yang menjadi sumber intoleran bahkan hingga radikal
Tonton juga JK Setuju Menag Pindahkan Materi Khilafah dari Fikih ke Sejarah :
(ams/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini