"Tahun 2015 beliau tidak melaksanakan kewajibannya sebagai pemilih. Malah di luar kota, bahkan ada yang bilang di luar negeri," kata Ketua Paguyuban, Johan Syafaat Mahanani, dalam jumpa pers di Solo, Selasa (10/12/2019).
Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah ironi. Saat itu Gibran enggan menggunakan hak pilih, tapi kini justru meminta dipilih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan sangat lucu. Dulu ketika punya kewajiban memilih, tidak digunakan. Tapi saat ini kok pengin dipilih. Ini kan lucu," ujarnya.
Johan khawatir Gibran akan menjadi contoh buruk bagi generasi muda. Padahal, pada 2015, katanya, Gibran bisa dikatakan sebagai tokoh publik.
"Saat itu kan Pak Jokowi sudah jadi presiden, artinya Mas Gibran menjadi tokoh. Ini bisa menjadi preseden buruk. Beliau bisa jadi contoh yang golput," ujarnya.
Namun PWSPP mengaku tidak melarang Gibran mendaftarkan diri maju pilwalkot. Mereka hanya ingin menyadarkan masyarakat terhadap temuan mereka.
"Kami tidak menolak, tapi kami hanya keberatan jika Gibran maju sekarang. Silakan maju pada pemilu selanjutnya dengan syarat Pilkada 2020 besok beliau harus menggunakan hak pilihnya," pungkasnya. (bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini