Komisi E DPRD DKI Tanyai Dinsos soal Pengemis Tajir Berduit Rp 194 Juta

Komisi E DPRD DKI Tanyai Dinsos soal Pengemis Tajir Berduit Rp 194 Juta

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Sabtu, 07 Des 2019 14:15 WIB
Foto: Raker Komisi E DPRD DKI Jakarta bareng Dinsos (Lisye Sri Rahayu-detikcom)
Jakarta - Komisi E DPRD DKI Jakarta menggelar rapat kerja bersama Dinas Sosial (Dinsos) DKI untuk membahas Raperda APBD 2020. Masalah sosial seperti pengemis yang masih ada di Jakarta menjadi sorotan, termasuk soal pengemis tajir yang kedapatan membawa duit Rp 194,5 juta.

Rapat digelar di ruangan Komisi E DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2019). Awalnya Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Yayat Duhayat, memaparkan rencana anggaran untuk pemulangan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Jakarta yang tak terserap semuanya karena PMKS yang menurun pada tahun 2019.

"Dinas sosial di samping melakukan penjangkauan tadi sudah disebutkan anggaran kegiatan pemulangan ke daerah asal yang sudah berjalan tahun kemarin adalah ke Jabar dan Jateng. Tahun kemarin itu Rp 4 ratus jutaan yang terserap Rp 313 juta," ujar Yayat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Penjelasan itu langsung direspons oleh Ketua Komisi E DPRD DKI, Iman Satria, yang mempertanyakan apakah anggaran tahun ini akan terserap semuanya atau tidak. Yayat kemudian menjawab kalau anggaran pemulangan PMKS di tahun 2020 memang diturunkan.

"Untuk sekarang anggarannya diturunkan juga dan volume pemulangan dikurangi," kata Yayat.

Yayat mengatakan penurunan pemulangan PMKS karena adanya petugas Dinsos yang berjaga di titik rawan PMKS. Petugas tersebut berjaga sepanjang hari.

"Tapi penurunan PMKS jalanan ini imbas dari ada petugas P3S (Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial) yang selelu menghalau titik rawan yang ada di DKI. Mereka bekerja itu dari pagi jam 7 sampai jam 11 malam dengan dua sif. Titik rawan selalu dipantau dengan ada teman-teman lapangan, PMKS mengalami penurunan," tutur Yayat.

Simak Video "''Mendadak Kaya'', dari Pengemis Hingga Bergelimang Harta"



Anggota Komisi E Basri Baco kemudian angkat bicara. Dia mengatakan permasalahan PMKS memang berkurang di DKI Jakarta. Namun, Basri meminta agar anggaran untuk pemulangan PMKS tetap ada agar masalah sosial di Jakarta bisa ditekan karena menurutnya masih terdapat pengemis yang kerap memanfaatkan anak kecil di persimpangan jalan.

"Kita sama-sama bisa menyaksikan bahwa memang PMKS ini terasa berkurang dan itu membuat Jakarta tidak kelihatan kumuh jadi nggak apa pak anggaran saja sampai benar-benar seminimal mungkin bisa diatasi. Kadang kita ngilu melihatnya. Walaupun masih ada di perempatan itu yang memperjualbelikan kesedihan. Bayi digendong-gendong, beringus, kadang setengah pingsan bayi mungkin karena susunya dicampur obat tidur," ujar Basri.

"Ini miris kita, jangan kita biarkan anak kecil atau bayi diekploitasi buat kebutuhan ekonomi mereka. Jadi anggarkan saja, banyak tidak ada-apa asal pertanggujawabannya jelas," imbuh Basri.

Setelah itu, Anggota Komisi E lainnya, Sholikhah, menyoroti pengemis tajir bernama Mukhlis yang kedapatan membawa uang ratusan juta rupiah di Jakarta Selatan. Sholikhah kemudian meminta penjelasan soal pengemis tersebut ke Dinas Sosial.



"Kasus di Jaksel itu ditemukan pengemis yang mempunyai uang Rp 90 juta lebih. Berapa Pak? Coba pasti lah saya pikir ini berkali sudah menjadi orang yang profesional. Itu bagaimana menyikapi dari Dinsos?" ujar Sholikhah.

Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Irmansyah, pun menjawab pertanyaan soal pengemis tajir itu. Dia mengatakan Muhklis sudah terjaring Dinsos sebanyak dua kali.

"Sebetulnya yang bersangkutan sudah dua kali yang pertama tahun 2017 dia membawa Rp 90 juta. Kemudian yang kedua total keseluruhannya Rp 194,5 juta. Memang sepertinya tidak kelihatan, karena yang bersangkutan pakai celana tiga lapis. Jadi kalau dapat duit yang tidak bagus dia tukar ke bank. Kemudian baru dikumpulkan lagi. Jadi ditaruh di kantongnya, jadi nggak pernah disimpan di mana-mana," ujar Irmansyah.

Irmansyah mengatakan saat ini pengemis tersebut tengah berada di panti sosial. Sementara uangnya diamankan oleh petugas dan disimpan di brankas.

"Sekarang posisinya ada di panti kami di Kedoya dilakukan pembinaan kepada yang bersangkutan dan uangnya kita amankan ada di situ di simpan di brankas, jadi tidak digunakan," ucapnya.



Irmansyah mengimbau masyarakat tidak memberikan uang kepada pengemis di jalanan. Dia juga mengajak Komisi E mengkampanyekan hal yang sama.

"Makanya kami mengimbau kepada semuanya kepada masyarakat jangan memberi. Karena itu membuat semakin banyak lagi orang yang datang ke situ. Daripada di tempatnya mendapat hasil puluhan ribu mending ke Jakarta, tangan begini saja (meminta-minta) dapat banyak. Ini jadi kampanye kita semua Pak Ketua komisi E supaya jangan ada yang memberi di perempatan," pungkasnya.
Halaman 2 dari 3
(lir/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads