Beruntung, kisah pilu Dina viral dan terdengar Pemkot Surabaya. Sejak saat itu, berbagai bantuan mulai berdatangan. Baik dari pemerintah, relawan maupun komunitas yang peduli dengan nasibnya.
Dina mengakui, berbagai bantuan yang diterima sangat meringankan beban yang harus ditanggungnya. Terlebih, Dina sudah tidak bekerja dan hanya fokus mengurus bayinya saja.
Menurut Dina, berbagai bantuan itu datang sejak bayinya menginjak usia 3 bulan. Waktu itu Pemkot Surabaya datang menawarkan bantuan untuk mengurus administrasi. Tak hanya itu, dari Dinas Sosial juga mulai rutin mengirim susu untuk anaknya.
"Kalau bantuan sejak 3 bulan yang lalu. Dari pemkot untuk menguruskan KK, akte dan BPJS Kesehatan Penerima Bebas Iuaran (PBI). Dari Dinas Sosial tiap bulan ada bantuan susu," kata Dina kepada detikcom di Rusun Gunungsari, Rabu (4/12/2019).
Dina juga mengaku terbantu oleh BPJS PBI yang dibuatkan, terutama saat pengobatan anaknya. Sebab, setiap sebulan bayinya harus kontrol ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya.
"Masih kontrol setiap bulannya ke rumah sakit," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, kisah pilu Dina viral di aplikasi percakapan WhatsApp. Ia ditinggal sang suami karena melahirkan bayi yang mengalami kerusakan pada wajah atau cacat.
Dalam pesan yang beredar, sang suami diketahui bernama Muhammad Abdul Azis (23). Sementara facial cleft tessier hydrocephalus myelomeningocele membuat si bayi mengalami kelainan terutama pada bagian bibir, hidung dan kedua matanya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini