Peringati Hari Disabilitas, Ini Catatan Penyandang Difabel di Kudus

Peringati Hari Disabilitas, Ini Catatan Penyandang Difabel di Kudus

Akrom Hazami - detikNews
Minggu, 01 Des 2019 11:47 WIB
Forum Komunikasi Disabilitas Kudus (FKDK) memperingati Hari Difabel Internasional, Minggu (1/12/2019). Foto: Akrom Hazami/detikcom
Kudus - Para difabel dari Forum Komunikasi Disabilitas Kudus (FKDK) memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan konvoi keliling kota setempat. Mereka juga memantau fasilitas publik apakah sudah ramah bagi difabel atau belum.

Hari Disabilitas Internasional jatuh pada 3 Desember. FKDK melakukan rangkaian kegiatan yang disebut Rolling City. Di antaranya berupa keliling kota menggunakan kendaraan roda tiga maupun roda dua.

"Masih dalam rangkaian hari disabilitas pagi ini. Teman-teman FKDK mengadakan Rolling City yang di mana diikuti anggota FKDK," kata Ketua FKDK Rismawan Yulianto kepada wartawan di Balai Jagong, Kudus, Minggu (1/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurutnya, para difabel keliling kota dengan sepeda motor roda tiga dan beberapa sepeda roda dua. Dari datanya, yang mendaftar 50 motor. Sedangkan total peserta 80 orang.

"Kami rutenya keliling Kudus dengan nanti sedikit imbauan untuk akses publik, terutama trotoar untuk lebih ramah difabel," ujarnya.

Sembari konvoi, mereka mengamati trotoar di jalan kota. Mengingat dari pengamatannya, belum semua trotoar ramah difabel.

"Kami coba lihat (trotoar) sambil keliling-keliling. Kira-kira mana trotoar mana, jalan mana yang belum aksesnya ramah difabel. Saya kira baru beberapa titik yang sudah ramah difabel, sekitar 10 persen trotoar yang sudah ramah difabel," beber dia.


Dia menuturkan, adanya trotoar yang tak ramah lingkungan karena kurang sadarnya pihak terkait yang membangunnya.

"Karena kurang sadarnya stakeholder di Kudus tentang pemenuhan akses teman-teman difabel itu. Salah satunya teman-teman difabel, itu trotoar," tutur dia.

"Saya rasa teman-teman tunanetra itu jalan di pinggir jalan kayaknya susah," tandasnya.

Kelengkapan trotoar yang harus dilengkapi biar ramah difabel, pendapat Rismawan, yakni guiding block (jalur khusus difabel).

"Guiding block, itu yang paling penting. Jalan penanda yang ditandai lantai trotoar keramik warna kuning. Jadi untuk tanda khusus untuk teman tunanetra. Selain juga ram, semacam jalan naik untuk difabel pakai kursi roda. Jadi mohon maaf kalau mungkin pemasangan guiding block-nya asal-asalan. Atau pemborongnya tidak tahu," terangnya.


Terlebih juga, akan percuma pula kalau ada jalur khusus difabel tapi pemasangannya semrawut. Sebab akan tidak bisa dipakai.

"Fungsinya, kan percuma. Ada yang nabrak pohon. Malah percuma," tambah dia.


Pihaknya juga mengampanyekan gerakan berkendara tertib berlalu lintas. Terbukti mereka menggunakan helm dan membawa surat izin mengemudi (SIM).

"Kami kampanyekan safety riding untuk teman difabel. Ternyata mereka tertib lalu lintas, punya SIM, kami juga ingin menunjukkan difabel ada di Kudus dan berkegiatan positif. Meski dengan kendaraan roda tiga, mereka tertib lalu lintas. Seperti selalu membawa SIM dan pakai helm ketika berkendara. Itu yang penting," pungkas Rismawan.



Simak Video "Mensos Ingin Kementeriannya Rekrut PNS Difabel Lebih dari 2 Persen"

[Gambas:Video 20detik]

Halaman 2 dari 2
(rih/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads