Shanghai adalah kota pelabuhan yang makmur di pantai Timur China. Di kota ini, Sungai Yangtze yang terkenal itu bermuara. Selain Yangtze, ada Sungai Huangpu dengan anak sungai yang terkenal antara lain Suzhou, Chuanyang, dan Dianpu.
Dilansir dari situs pemerintah kota Shanghai, area perairan di kota itu ada 697 km persegi atau 11% dari luas wilayah Shanghai. Selain sungai, ada pula danau Dianshan seluas 62 km persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah pencemaran sungai tidak hanya menjadi masalah Shanghai, tapi juga China pada umumnya. Bagaimana tidak? Pada survei pemerintah China tahun 2010, setengah dari sumber air minum China tergolong terlalu tercemar untuk dikonsumsi. Seperempat sumber air bahkan tergolong tidak bisa digunakan untuk tujuan industri. Pada 2011, 43% sungai dinyatakan tidak aman untuk manusia.
Simak Video "Mendagri: Pak Anies, Kita Lihat Jakarta Kayak Kampung Dibanding Shanghai"
Khusus untuk Shanghai, pernah ada peristiwa menggemparkan seperti yang terjadi di Medan baru-baru ini. Bangkai-bangkai babi mengambang di sungai. Dilansir The Atlantic, peristiwa itu terjadi pada Maret 2013.
Jumlah bangkainya tidak sedikit, yakni mencapai 2.800 bangkai babi di Sungai Huangpu yang membelah Shanghai. Padahal, Sungai Huangpu adalah sumber air minum untuk 23 juta penduduk Shanghai. Ini disebabkan karena penduduk membuang bangkai babi, tanpa mematuhi aturan pemerintah untuk mengubur bangkai dengan disinfektan. Menurut pakar dari Akademi Perencanaan Lingkungan China, bangkai hewan memang menjadi pencemar utama di sungai-sungai China, yakni 90 persen.
Tingkat penyakit kanker di Shanghai, termasuk di wilayah lain di China, sempat teramati meningkat pada 2013. Ini ditengarai sebagai akibat dari buruknya kualitas air minum warga.
Pernah pada 2013, kualitas perairan Shanghai tercatat buruk. Otoritas biro air pemerintah kota Shanghai, dilansir Quartz, memaparkan setengah dari 2.500 perairan di Kota Shanghai sangat tercemar. 53% Air di bawah tingkat terburuk dari lima level yang dijadikan ukuran. Hanya 3% dari permukaan air setempat yang tergolong cukup bersih untuk ikan dan rumah tangga. Survei dilakukan pada 2010 hingga 2012.
Dilansir media Inggris, The Guardian, kapal-kapal juga membuang sampah ke hulu sungai. Limbah medis, botol pecah, dan sampah rumah tangga adalah barang-barang yang mudah ditemui di antara 100 ton yang diangkut dekat reservoir air minum di Shanghai, Desember 2016.
![]() |
Reservoir air minum itu adalah satu dari empat sumber utama air minum Shanghai. Celakanya, menurut laporan The Guardian, otoritas setempat kadang membungkam komplain warga demi melindungi pelaku industri di Shanghai. Kondisi lingkungan juga diperparah dengan kabut asap yang tidak sehat.
Pada 2017, pemerintah China meluncurkan 8 ribu proyek pembersihan perairan. Dilansir Reuters, nilai investasinya adalah 667,4 miliar Yuan atau sekitar USD 100 miliar pada saat itu.
Sebelumnya, Tito mengaku telah melihat langsung perkembangan Shanghai yang kini sudah setara dengan New York. Berdasarkan pandangan matanya, sungai-sungai di Shanghai dan Beijing sudah jernih. Ini berbeda dengan tahun 1998, saat itu kondisi Shanghai lebih buruk ketimbang Jakarta. Kini Jakarta terlihat 'kampung' bila dibandingkan Shanghai.
"Tahun kemarin saya datang ke sana dalam rangka Interpol conference di hotel yang sama, saya melihat sungai yang sama, sudah banyak orang yang berenang di situ. Airnya bersih, jernih, dulunya hitam pekat dan kemudian kita melihat Beijing sudah mirip-mirip seperti Washington, DC, Shanghai sudah mirip-mirip New York," ujar Tito.
![]() |
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini