Jenkins yang didampingi Direktur British Council Indonesia, Paul Smith, melihat langsung pameran yang menampilkan foto, infografik, seni instalasi, dan rekam jejak Wallace di Indonesia. Wallace diketahui meneliti dan mendokumentasikan keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia pada 150 tahun yang lalu.
Pameran ini merupakan kerja sama pemerintah Inggris dengan berbagai mitra di Indonesia, termasuk kolaborasi berbagai bidang, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, dan penelitian, seperti yang dilakukan Wallace di masa lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pemerintah Indonesia sudah melakukan banyak hal di kawasan Wallacea, pemerintah Inggris juga tertarik ikut mendukung kolaborasi, karena memang perlu kemitraan Inggris-Indonesia, kami ingin kehadiran kami maksimal di kawasan timur Indonesia, merata dan bukan hanya Jawa-Sumatera," ujar Jenkins.
Jenkins menambahkan, pihaknya juga mendukung kerja sama antara peneliti Inggris-Indonesia dalam proyek 'Newton Fund'. Proyek ini merupakan kolaborasi antarpeneliti Inggris-Indonesia untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi kedua negara.
Sementara menurut Paul Smith, apa yang didokumentasikan Wallace, telah membawa perhatian dunia internasional pada Indonesia, khususnya kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Temuan Wallace juga menginspirasi para ilmuwan muda Indonesia untuk meneruskan pengembangan pengetahuan tentang biodiversitas yang telah dirintis Wallace.
Beberapa satwa yang pernah diteliti Wallace ikut ditampilkan gambar dan grafiknya, seperti burung cenderawasih, burung julang, burung maleo, babirusa, kera hitam Sulawesi, dan berbagai jenis kupu-kupu.
"Yang ditemukan Wallace sama pentingnya dengan Chales Darwin (penemu teori evolusi), karena Wallace melakukan penelitian lapangan, langsung mendokumentasikan di Indonesia, dan menginspirasi jadi teori baru. Dalam buku Darwin 'Origin of Species', di paragraf pertama disebutkan buku ini didedikasikan untuk Wallace, yang telah melakukan penelitian ini," ungkap Smith.
![]() |
Dari pameran ini, diketahui bahwa Wallace tinggal di Makassar dan Maros pada 1857. Di sekitar Maros, Wallace berhasil mengumpulkan 232 jenis kupu-kupu (Lepidoptera) yang terdiri atas 139 jenis Papilionoidea, 70 jenis kupu-kupu malam (moths), dan 23 jenis Hesperiidae (skippers). Hingga saat ini, daerah Bantimurung, yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, dikenal dengan nama istana kerajaan kupu-kupu.
Baca juga: Pelajar Inggris Temukan Kupu-kupu Langka |
Kegiatan ini melibatkan sejumlah pihak, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Hasanuddin, dan Rumata Artspace. Selain pameran Wallace Week 2019 di Mall Nipah, akan digelar bincang-bincang di auditorium Fakultas Kedokteran Unhas, Rabu (27/11) besok yang dihadiri pakar DNA dari Lembaga Eijkman Prof Herawati Sudoyo, peneliti biodiversitas Dr Benny Juliandy, dan sutradara Riri Riza.
Selanjutnya, pada Kamis (28/11) malam, di Mall Nipah akan digelar pementasan teater berjudul 'You Should Ask Wallace'. Pementasan ini merupakan kolaborasi seniman Makassar, Abdi Karya, dan Teater Nanog dari Inggris Raya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini