"Melihat tali bendera itu jatuh, hati ini rasanya langsung ingin bantu seketika itu. Saya langsung lari ke depan dan copot sepatu dan berusaha naik ke tiang setinggi 17 meter sambil gigit tali. Jujur ya dredeg rasanya pas naik," kata Mahmud kepada detikcom, Selasa (26/11/2019).
Menurut Mahmud, rasa khawatir dan deg-degan sempat menyelimuti saat ia memanjat tiang bendera. Namun dorongan semangat dari para peserta upacara membuat ia semakin percaya diri menyelesaikan aksinya itu.
"Alhamdulillah sampai di pucuk tiang bendera dan langsung aku kaitkan tali, terus turun aku. Meski capek dan deg-degan rasanya, ada semangat dari peserta upacara, jadi rada hilang takutnya," imbuhnya.
Siswa SMA Negeri 1 Padangan itu ternyata punya keahlian memanjat pohon. Jadi, saat melihat tali bendera lepas, ia langsung terpanggil untuk memasangnya kembali dengan cara memanjat tiang bendera.
Terlepas dari aksi heroiknya memanjat tiang bendera, Mahmud merupakan siswa dari keluarga kurang mampu. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Bapaknya bernama Zainudin dan ibunya Suparti. Ia tinggal di Desa Kuncen, Kecamatan Padangan, Bojonegoro.
Setiap hari kedua orang tuanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka berjualan sosis goreng dan mi gulung dari satu SD ke SD lainnya. Sedangkan saat sore menjelang, mereka pindah ke Taman Pendidikan Alquran di kampungnya.
"Saya anak keempat dari delapan bersaudara. Bapak tiap hari jualan keliling di sekolah-sekolah SD, sosis goreng biasanya, juga mi gulung. Ibu juga gitu, jadi kadang gantian jualannya," lanjutnya.
Mahmud ternyata punya keahlian memanjat pohon. Jadi saat melihat tali bendera lepas, ia langsung terpanggil untuk memasangnya kembali dengan cara memanjat tiang bendera.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini