Fachrul menceritakan momen Perang Badar yang dipimpin Rasulullah. Fachrul menyampaikan nilai kepemimpinan Rasulullah saat mendengarkan saran seorang sahabat.
"Pada saat itu pasukan muslim yang dipimpin Rasulullah datang lebih awal dan segera mengambil posisi yang menurut Rasulullah adalah posisi yang terbaik. Kemudian seorang sahabat yang bernama Al Habab bin Mundzir menyarankan kepada Rasulullah, 'ya Rasulullah, saya paling tahu daerah sini. Kalau Anda berkenan maka posisi ini adalah posisi yang kurang baik. Saya sarankan anda memindahkan pasukan ke tempat yang lebih baik karena saya sangat tahu daerah sini'," kata Menag Fachrul Razi di Gedung Nusantara V, Gedung DPR MRP RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendapatkan saran dari seorang sahabat yang paham soal kondisi medan, Rasulullah pun mendengarkan. Fachrul mengambil nilai seorang pemimpin yang tidak merasa paling benar dan tetap mendengarkan saran dari orang yang lebih paham.
"Rasulullah kemudian memindahkan kedudukannya ke tempat yang disarankan Al Habab itu dan memang tempat itu sangat strategis dan pasukan muslim bisa mengalahkan kafir Quraish yang jumlahnya jauh lebih besar. Apa yang Rasul lakukan di sini adalah pemimpin itu jangan merasa paling hebat dan tidak mau mendengarkan saran," ucapnya.
Fachrul mengatakan sikap Rasulullah tersebut patut menjadi teladan. Sebab menurutnya, Rasulullah sebagai pemimpin terhebat pun masih mendengar saran dari sahabatnya.
"Rasulullah telah mempertunjukkan bahwa dia pemimpin yang paling tinggi tingkatnya tapi 'saya membuka saran kesempatan saran dari staf saya'. Jadi kalau ada pemimpin muslim yang merasa paling hebat tidak ingin mendengarkan saran, berarti dia menyalahi contoh teladan dari Rasulullah," tegasnya.
![]() |
Fachrul lalu menceritakan momen lain Rasulullah mendengarkan saran pihak lain saat terjadi Perang Ahzab atau juga dikenal sebagai Perang Khandaq di Madinah. Saat itu, pasukan muslim dapat mengalahkan pasukan Quraish yang jumlahnya lebih banyak. Salah satu faktornya yakni Rasulullah mendengar saran sahabat bernama Salman Al Farizi untuk membuat parit di sekitar medan perang.
Simak Video "Sultan Tidore ke Sukmawati: 1.000 Sukarno Tak Bisa Tandingi Rasulullah!"
"Kembali, Rasulullah meskipun pemimpin yang sangat tinggi tingkatnya tetap memperhatikan saran dari sahabatnya," tutur Fachrul.
Namun Fachrul juga mengatakan bahwa pemimpin harus berani mengambil sikap terhadap suatu permasalahan. Hal tersebut dimaknai Fachrul pada saat momentum Perjanjian Hudaibiyah.
"Contoh paling nyata adalah pada saat menandatangani Perjanjian Hudaibiyah. Pada saat pasukan muslim akan mengadakan persyaratan haji ke Mekah. Pada saat menandatangani perjanjian itu hampir semua sahabat menangis karena merasa itu sebuah kekalahan bagi muslim. Tapi Rasulullah dengan kecerdasannya mengatakan tidak ini sangat menguntungkan bagi pasukan muslim. Dan betul sekali, perjanjian itu tadinya diminta untuk ditaati 5-10 tahun dalam waktu hanya 1-2 tahun saja kafir Quraish sudah minta dibatalkan karena sangat merugikan mereka," jelasnya.
Fachrul ingin para peserta kegiatan dapat memaknai dan meneladani kepemimpinan Rasulullah. Dia juga mengatakan dunia membutuhkan pemimpin yang jujur dan adil dalam menjalankan sebuah amanah.
"Kembali saya ingin menunjukkan pemimpin terbuka saran tapi pemimpin juga harus cerdas, sewaktu-waktu harus mengambil keputusan meskipun stafnya masih belum menjangkau kecerdasannya itu. Itu saya angkat supaya pemimpin muda nanti banyak mencontoh Rasulullah," ujar mantan Wakil Panglima TNI tersebut.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh beberapa tokoh pemerintahan seperti Wakil Ketua III DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Bersama keduanya, Menag Fachrul Razi membuka kegiatan ini.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini