Seperti dilansir AFP, Selasa (19/11/2019), Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa 32 balita yang berusia antara 1-3 tahun itu sebelumnya ditahan di penjara-penjara Irak. Ibunda balita itu yang warga Rusia sedang menjalani masa hukuman atau menunggu persidangan di Irak, karena menjadi anggota ISIS.
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Kesehatan Rusia menyebut anak-anak itu telah tiba di Moskow pada Senin (18/11) malam waktu setempat. Setibanya di Rusia, balita-balita itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan otoritas Rusia bahwa balita-balita yang dipulangkan pada Senin (18/11) itu merupakan bagian dari 122 anak yang berusia antara 1-15 tahun yang dipulangkan dari Irak ke Rusia sejak Desember tahun lalu. Pemulangan terakhir dilakukan pada Juli lalu.
Diketahui bahwa warga Rusia ada di antara 'kontingen' terbanyak untuk petempur ISIS. Kebanyakan militan ISIS yang 'kembali' ke Rusia merupakan wanita dan anak-anak. Sebagian besar dari mereka diketahui berasal dari wilayah Caucasus, terutama Chechnya, yang mayoritas warganya muslim.
Negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis memutuskan untuk mencabut status kewarganegaraan para petempur ISIS. Sementara otoritas Rusia, khususnya Presiden Republik Chechen, Ramzan Kadyrov, mendorong para petempur ISIS untuk kembali ke negaranya.
Namun pada awal November lalu, kepala badan intelijen Rusia, FSB, Alexander Bortnikov, memperingatkan risiko kepulangan sekitar 2 ribu istri dan anak militer ISIS yang bertempur di Irak dan Suriah.
Tonton video Tiga Bom Mobil Meledak di Suriah, 6 Orang Tewas:
Halaman 2 dari 1
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini