"Monggo, ini ditangani secara komprehensif. Sebab jika sumber masalah tidak diselesaikan bersama, ya akan muncul korban terus," kata Hari Nugroho, penelitian pada Pusat Penelitian Biologi LIPI pada detikcom, Jumat (15/11/2019) siang.
Hari mengatakan ternyata sejak muncul di akhir 2016, tawon Vespa belum terkendali. Masalah pengendalian belum selesai sebab terbukti di 2019 masih jatuh korban lagi.
Padahal selama tiga tahun terakhir, regu pemadam kebakaran Pemkab dan relawan tawon sudah habis-habisan menangani. Namun nyatanya belum ada perubahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meski kami dan ahli WHO sudah datang memberikan materi tapi kalau tidak semua bergerak akan percuma," tambahnya.
Hari mencontohkan, tawon Vespa bisa hidup dengan makan serangga dan bangkai di sampah warga. Jika sampah tidak ditangani secara benar, tawon akan enjoy berkembang biak.
Penanganan terpadu diperlukan. Damkar menangani sarang, Dinas Lingkungan Hidup menangani pohon dan sampah, Dinas Kesehatan menangani korban dan sosialisasi. Dinas lain juga harus terlibat.
"Jadi penanganan harus lintas sektoral. Tidak hanya pemadam dan jika perlu tidak cuma Pemda," imbuh Hari yang pernah meneliti tawon Vespa di Klaten tahun 2018.
Dua warga Rabu (13/11/2019) dilaporkan meninggal dunia akibat sengatan tawon Vespa Affinis. Lanjar (62) warga Dusun Tegalyoso, Desa Sembung, Kecamatan Wedi dan Warsomo (87) warga Dusun Tegal Duwur, Desa Wadung Getas, Kecamatan Wonosari.
Asisten Tata Pemerintahan dan Kesra Pemkab Klaten, Roni Roekmito mengatakan sudah meminta camat membuat edaran. Edaran berisi imbauan antisipasi sengatan tawon agar disosialisasikan sampai RT dan RW.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini