"Banyak yang bertanya kepada kita, apa yang menyebabkan PKS kok mau jadi partai oposisi atau istilahnya bagi mereka yang alergi dengan istilah oposisi, menjadi partai penyeimbang atau di luar pemerintahan. Sebab partai lain menjadi bagian dari pemerintahan, justru partai lain bergerak menuju pemerintahan," ujar Sohibul saat memberikan pengarahan pada Rakornas PKS di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019).
"Apa PKS tidak mau buka puasa? Kan 5 tahun kemarin PKS di luar pemerintahan. Mbok ya sekarang buka puasa. Kok mau lanjutkan puasa 5 tahun?" sebut Sohibul Iman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sohibul kemudian mengungkapkan tiga alasan PKS tetap menjadi oposisi. Menurut Sohibul, di negara yang menganut sistem demokrasi harus ada pihak yang menjadi pengawal kebijakan pemerintah.
"Pertama ini yang sangat gampang saja, yaitu kita ingin menjaga kepantasan demokrasi. Rasanya aneh bila di negara yang sudah menetapkan bahwa sistem politiknya adalah demokrasi kemudian semua menjadi bagian dari pemerintahan tidak ada yang melakukan check and balances," tegas Sohibul.
Dengan demikian PKS ingin menjaga logika demokrasi tersebut. PKS menilai tak elok jika Indonesia sebagai negara demokrasi ke-4 terbesar dunia tidak ada yang 'menyelamatkan' demokrasi.
"Maka PKS ingin menjaga logika demokrasi ini. Terlebih di saat tidak ada satu pun partai yang mau di luar, ya sudahlah PKS di luar. Karena kita tidak mau juga ditertawakan bangsa lain. Negara demokrasi terbesar ke-4 masa tidak penyeimbang, istilah ustaz HNW (Hidayat Nur Wahid) ketika bicara dengan Pak Pratikno, dengan sikap ini justru PKS ingin menyelamatkan demokrasi Indonesia," ucapnya.
Poin kedua yang mendasari PKS menjadi oposisi adalah untuk mengedukasi masyarakat. Menurut Sohibul setiap kontestasi politik harus ada yang menang dan kalah.
"Alasan yang kedua, kita ingin sama-sama memberikan pelajaran politik, demokrasi kepada bangsa ini. Bahwa demokrasi itu meniscayakan adanya kompetisi, pergiliran kekuasaan di sistem demokrasi adalah melalui kontestasi. Dan namanya kontestasi sudah pasti ada yang menang dan kalah," katanya.
Sohibul menilai pihak yang kalah dalam hal ini pendukung Prabowo-Sandi harus memberikan kesempatan kepada yang menang untuk menjalankan roda pemerintahan serta menjadi pihak yang akan mengawal kebijakan pemerintah.
"Maka bagi yang kalah dalam hal ini kita di 02 maka kita harus memberikan kesempatan kepada yang menang untuk menjalankan pemerintahan. Lalu kita bagaimana? Kita jalankan checks and balances dan kita bekerja keras untuk mengambil hati masyarakat selama lima tahun ke depan. Mudah-mudahan 2024 kita yang menang insyaallah. Itulah pergiliran kekuasaan di negara demokrasi," tuturnya.
"Begitulah kalau kita masuk dalam politik demokrasi, sportivitas gentleman itu harus tumbuh bahwa kita persilakan yang menang, kita bekerja lagi selama lima tahun. Insyaallah proses bekerja itu tidak akan mengkhianati hasil. Pada saatnya insyaallah kita akan diberi kemenangan kesempatan oleh Allah, kemenangan untuk bisa memimpin negeri ini," ujarnya.
Sohibul menyebut PKS memutuskan menjadi oposisi setelah mendengarkan suara rakyat. Menurutnya masyarakat ingin ada pihak yang menjadi penyeimbang kebijakan pemerintahan Jokowi.
"Alasan ketiga PKS mendengar suara rakyat di mana di dalam berbagai survei, polling lebih dari 72 persen masyarakat menginginkan agar pemerintahan ini ada yang mengawasi ada checks and balances. Makanya ada yang di luar pemerintahan. PKS mendengar aspirasi masyarakat ini dan PKS insyaallah akan memenuhi aspirasi masyarakat ini dengan PKS di luar pemerintahan," ujar Sohibul yang disambut oleh tepuk tangan hadirin.